Jakarta –
Investasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk melalui anak usahanya Telkomsel ke PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk menjadi sorotan belakangan ini. Investasi ini disorot karena disebut-sebut rugi.
Anggota Komisi VI Nusron Wahid memberikan pandangannya terkait investasi tersebut.
“Darimana dianggap rugi? Yang mengatakan rugi itu hanya pihak-pihak yang ingin mengacau iklim investasi digital di Indonesia. Harus dilihat waktu masuk harga berapa waktu jual harga berapa. Wong belum dijual kok sudah rugi dari mana? Yang penting kan fundamentalnya bagus. Masak harga sementara dibuat acuan. Ngawur itu,” kata Nusron dalam keterangannya, Minggu (29/5/2022).
Menurut Nuston, ada dua keuntungan dalam investasi GoTo. Pertama, penjualan data Telkomsel masuk dalam ekosistem digital sehingga omzetnya naik. Kedua, harga waktu dijual nanti.
“Kalau belum dijual ya jangan dianggap rugi dong. Saya yakin nanti pada saat harga tinggi pasti justru secara valuasi dan buku mendapat keuntungan,” tegasnya.
Nusron menambahkan, investasi ini harus dilihat jangka panjang. Dia melanjutkan, hal ini justru langkah efektif untuk bisa mencegah dominasi perusahaan asing dan tentunya mendorong ekosistem digital nasional untuk tumbuh.
Seperti diketahui, investasi BUMN di sejumlah startup seperti ke GoTo yang juga mendirikan MDI ventures untuk berinvestasi di berbagai startup lokal. Kemudian ada Bank Mandiri melalui Mandiri Capital yang telah berinvestasi ke 23 startup lokal, beberapa di antaranya seperti KoinWorks, Crowde, sampai Investree. Ada juga BRI yang melakukan hal sama melalui BRI Ventures ke 21 perusahaan, salah satunya startup produsen sepatu merek lokal, Brodo.
Menurut Nusron, ini adalah strategi jangka panjang dalam upaya membangun ekosistem digital Indonesia. Kehadiran investasi BUMN pada startup lokal, kata dia, bisa menjawab kekhawatiran akan dominasi kepemilikan investor asing pada startup Indonesia.
“Ini juga sekaligus memberikan manfaat ekonomi dan nilai tambah bagi masyarakat Indonesia” ujar Nusron.
Ia pun mengaku tak khawatir meski sejumlah startup lokal harga sahamnya saat ini sedang menurun. Ia menilai hal itu bukan lah suatu permasalahan besar, apalagi bagi startup yang sudah go public.
“Khusus start up yang sudah melakukan IPO di bursa, jangan dinilai hanya dari pergerakan harga saham, seperti case saham GoTo, yang minggu lalu ramai dibilang rugi, padahal itu hanya potential loss sesaat. Bahkan per 27 Mei malah harga saham GoTo naik lagi yang menyebabkan ada potential profit sekitar Rp 800 miliar buat Telkom,” kata Nusron.
(acd/dna)