Jakarta –
Rencana BUMN Perkebunan membentuk PalmCo dinilai memiliki potensi besar untuk memperkuat industri sawit nasional. Terlebih melalui program hilirisasi dengan memenuhi kebutuhan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dalam negeri.
Ketua Bidang Luar Negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan mengatakan bahwa melalui konsolidasi unit-unit perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN Group, akan menjadikan PalmCo sebagai perusahaan sawit terbesar di Indonesia.
Luas lahan menjadi salah satu keunggulan PalmCo. Apalagi, lahan sawit yang akan dikelola oleh Palmco sudah ada sejak lama, sehingga tidak perlu membuka lahan baru untuk meningkatkan produksi. Hal ini tentunya akan meminimalisir isu deforestasi atau perusakan lahan.
“Saya kira PTPN pastilah berpotensi memperkuat industri sawit Indonesia karena dia punya land bank, yaitu area yang sangat luas dan kepemilikan lahan sudah lama,” jelas Fadhil Hasan dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (12/3/2023).
Menurutnya, program hilirisasi akan sangat baik dilakukan pada saat ini. Sebab, harga CPO juga sedang naik.
Dari sisi organisasi dan manajemen, Fadhil menilai PTPN Group sedang dalam proses pembenahan dengan melakukan konsolidasi anak-anak usaha. Setelah dibenahi, anak usaha yang sebelumnya kurang efisien akan diperbaiki agar menjadi lebih efisien.
Pembenahan organisasi dan perbaikan pengawasan akan mendukung kinerja keuangan PalmCo, sehingga dapat bersaing dengan perusahaan swasta besar di Indonesia.
Potensi Garap Energi Terbarukan
Fadhil mengatakan bahwa komitmen Indonesia untuk memproduksi energi terbarukan juga akan menguntungkan Palmco dan perusahaan sawit lainnya secara umum karena pasar CPO di dalam negeri akan lebih luas.
Data GAPKI menunjukkan, konsumsi CPO di dalam negeri tahun 2022 mencapai 20,97 juta ton, naik sebesar 13,82% dari tahun 2021. Dari jumlah itu, konsumsi untuk pangan sekitar 9,94 juta ton, untuk biodiesel 8,84 juta ton, dan untuk industri oleokimia 2,19 juta ton.
Fadhil menilai, PTPN Group dapat menjadi salah satu produsen energi terbarukan terbesar. Apalagi, energi terbarukan yang paling berjalan hingga saat ini adalah yang berbasis sawit.
“Penggunaan CPO untuk pangan terbatas konsumsinya, tetapi untuk industri dan bahan bakar nabati masih sangat besar. Jadi produksi energi terbarukan akan menguntungkan perusahaan sawit,” paparnya.
Rencana IPO
Menurut Fadhil, rencana PalmCo, nantinya setelah terbentuk, untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan membantu meningkatkan kapasitas bisnis perusahaan.
Dia yakin, jika dikelola dengan baik dan perusahaan bisa meyakinkan investor mengenai arah perusahaan, maka sahamnya akan diterima di pelaku pasar modal.
“Rencana IPO menarik. Orang akan melihat prospeknya. Investor akan melihat kinerjanya dan harus jelas arahnya ke mana. Saya kira jelas akan sangat menarik,” ujarnya.
(dna/dna)