Jakarta –
Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan ikut mengapresiasi kinerja positif yang dicatat Bank BNI. Diketahui, jumlah kredit yang disalurkan BNI sebanyak Rp 620,42 triliun sepanjang semester pertama 2022.
Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan sebesar 8,9 % year on year. Tren ini juga terlihat dalam pertumbuhan kuartal, yaitu kuartal kedua 2022. Angka pencairan kredit sebesar Rp 74,3 triliun, lebih tinggi ketimbang kuartal kedua 2021 yang hanya sebesar Rp 59,3 triliun.
Tidak hanya itu, Syarief juga mengatakan tren pertumbuhan positif ini terjadi di semua segmen ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Apresiasi tentu kita berikan kepada segenap jajaran BNI yang telah mendongkrak kinerja bank BUMN ini. Ini adalah prestasi membanggakan, apalagi kita belum sepenuhnya lepas dari ancaman COVID-19,” tutur Syarief dalam keterangannya, Selasa (2/8/2022).
“Dengan tren pertumbuhan positif ini, kita mengharapkan fungsi perbankan sebagai lembaga intermediasi dapat lebih optimal. Pelaku usaha dan masyarakat pada umumnya membutuhkan suntikan modal untuk membuka dan mengembangkan kapasitas usahanya. Perbankan yang sehat menjadi salah satu indikator sehatnya perekonomian negara,” imbuh dia.
Lebih lanjut, ia menyatakan membaiknya angka penyaluran kredit menjadi salah satu bukti semakin inklusifnya sektor keuangan. Artinya, korporasi maupun UMKM mendapatkan modalitas yang lebih baik dalam berusaha dengan melihat semakin besar angka kredit yang disalurkan. Dengan demikian, pemerataan ekonomi akan lebih membaik serta akses finansial bagi wirausahawan juga semakin terjamin.
“Apa yang telah dicapai oleh Bank BNI ini seharusnya menjadi cambuk dan portofolio bagi BUMN-BUMN lainnya. Di tengah kesulitan dan ancaman pandemi, BNI mampu menggeliat menunjukkan kinerja yang positif. Ini juga sekaligus perlu diatensi kita bersama bahwa BUMN tetap dapat mencetak laba, tanpa harus intervensi negara berlebihan. Oleh karenanya, kasus beberapa BUMN yang rugi bahkan bangkrut menjadi tantangan dalam menghadapi persaingan ekonomi ke depan,” kata Syarief.
Ia mencatat selama 3 tahun terakhir, penyertaan modal negara (PMN) BUMN tidak menurun secara signifikan. Pada tahun 2021, PNM BUMN terealisasi sebesar Rp 71,2 triliun, sedangkan tahun 2022 ditetapkan sebesar Rp 67,3 triliun, dan pada 2023 disetujui sebesar Rp 73,2 triliun.
Meski demikian, BUMN tetap mencatat kerugian fantastis, seperti Garuda Indonesia pada September di tahun 2021 yang rugi bersih Rp 23 triliun dan Waskita Karya di sepanjang kuartal I 2022 dengan kerugian Rp 830 miliar. Namun, dibandingkan dengan kuartal I 2021, Waskita Karya mengalami kenaikan Rp 46,9 miliar.
Belum lagi dihadapkan pada beberapa BUMN yang dibubarkan karena tidak menunjukkan tanda-tanda beroperasi, apalagi mencetak laba. Di tengah keuangan negara yang semakin tercekik, hal ini tentu sangatlah miris.
(prf/prf)