“Ini bukan berarti kita berpihak pada kubu tertentu, melainkan berpartisipasi aktif dalam berbagai forum global,” ungkap Sugiono. Pernyataan ini menegaskan bahwa Indonesia membuka peluang kerjasama tanpa harus memilih blok tertentu, melainkan sebagai bagian dari usaha menjalin hubungan yang lebih luas di ranah internasional.
BRICS dan OECD, Dua Kelompok dengan Tujuan Berbeda
BRICS dan OECD masing-masing memiliki karakteristik dan tujuan berbeda. BRICS, yang dikenal sebagai koalisi ekonomi negara berkembang, menawarkan platform kerjasama bagi negara anggotanya untuk memperkuat ekonomi secara mandiri. Sementara itu, OECD, yang diisi negara maju, fokus pada pencapaian standar dan kebijakan ekonomi yang lebih komprehensif. Indonesia, yang saat ini berada dalam tahap diskusi untuk bergabung dengan kedua kelompok tersebut, berupaya mendapatkan keuntungan optimal dari masing-masing kerjasama tersebut.
Keuntungan Ekonomi dari BRICS
BRICS menawarkan potensi kerjasama ekonomi yang besar, terutama melalui New Development Bank (NDB) yang menjadi sumber pendanaan untuk berbagai proyek pembangunan infrastruktur bagi negara anggota. Platform ini membantu negara anggota mengurangi ketergantungan terhadap lembaga keuangan internasional barat, seperti Bank Dunia dan IMF.
Selain itu, kelompok ini memperkuat posisi negara anggotanya di panggung internasional. Kekuatan kolektif BRICS memberikan negara-negara berkembang peluang untuk mengimbangi pengaruh negara maju dalam politik dan keuangan global. Sugiono menilai, dengan bergabungnya Indonesia, negara dapat berperan lebih aktif dalam mendorong reformasi lembaga global seperti IMF agar lebih mengakomodasi kepentingan negara berkembang.
Kerjasama dalam bidang inovasi dan teknologi juga menjadi keuntungan lain yang diincar Indonesia. Negara-negara BRICS, melalui kolaborasi di bidang riset, kesehatan, energi, dan teknologi, menyediakan akses terhadap teknologi baru yang dapat mempercepat pembangunan nasional. “Ini peluang untuk menambah nilai pada sumber daya lokal melalui teknologi dan inovasi yang diperoleh dari kerjasama dengan negara anggota BRICS,” jelas Sugiono.
Pasar Luas dan Peningkatan Ekspor
BRICS juga memberikan akses ke pasar negara berkembang yang luas. Dengan populasi besar serta konsumsi yang terus tumbuh di antara negara anggotanya, bergabung dalam kelompok ini diharapkan mampu mendorong ekspansi produk Indonesia di pasar internasional. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi para pelaku usaha di Indonesia untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan jaringan perdagangan antar negara anggota.
Baca juga: AI dan Perbankan: Jalan Menuju Peluang atau Jurang Tantangan?
OECD dan Standar Kebijakan Internasional
Di sisi lain, Sugiono juga melihat manfaat yang signifikan dari keanggotaan OECD, terutama dalam hal perumusan kebijakan publik yang efektif. OECD dikenal karena kontribusinya dalam menyediakan data ekonomi dan analisis yang komprehensif, yang dapat membantu negara anggota dalam mengambil keputusan berdasarkan rekomendasi berstandar internasional.
Menjadi anggota OECD juga berdampak positif terhadap kepercayaan investor asing. Dengan standar tinggi dalam transparansi, stabilitas ekonomi, dan keadilan, status keanggotaan OECD dipandang dapat meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi. Sugiono berharap bahwa dengan keanggotaan di OECD, Indonesia dapat memperkuat kredibilitas di mata investor global dan mendorong peningkatan investasi asing langsung.
Meningkatkan Partisipasi dalam Isu Global
Indonesia dapat memanfaatkan keanggotaan OECD untuk terlibat lebih aktif dalam penanganan isu sosial dan lingkungan. Negara-negara OECD sering bekerja sama dalam berbagai isu global seperti perubahan iklim dan ketimpangan ekonomi. “Melalui OECD, Indonesia dapat berpartisipasi dalam kebijakan lingkungan yang progresif, serta isu sosial lainnya yang berdampak luas,” ujar Sugiono.
Masa Depan Keanggotaan Indonesia
Sugiono menegaskan bahwa keputusan terkait keanggotaan Indonesia dalam BRICS maupun OECD akan disesuaikan dengan kebutuhan nasional. Dengan pendekatan bebas aktif, pemerintah berupaya mengambil langkah strategis yang dapat memberikan manfaat jangka panjang, baik dari segi ekonomi, politik, maupun sosial.
Melalui penjajakan ini, Indonesia berpotensi meningkatkan kontribusinya di panggung internasional sekaligus memperkuat kerjasama yang saling menguntungkan dengan negara-negara lain.