Televisi Transformasi Indonesia atau Trans TV saat ini telah dikenal sebagai salah stasiun televisi populer dan sukses di Indonesia. Detikers juga pasti pernah menonton saluran televisi Trans TV kan?
Pemilik Trans TV adalah Chairul Tanjung (CT). Namun, sejatinya kesuksesan Trans TV juga tidak luput dari rintangan dan kekecewaan yang dihadapi silih berganti.
Dalam buku ‘Chairul Tanjung Si Anak Singkong’ yang disusun oleh Tjahja Gunawan Diredja, Diceritakan pada tahun 2000, Trans TV memerlukan setidaknya 250 karyawan baru. Perekrutan dilakukan di berbagai media, termasuk dari mulut ke mulut. Saat itu, lamaran yang masuk dari pencari kerja mencapai 70.000 orang. Kemudian, CT pun berpesan kepada jajaran direksinya, untuk merekrut para fresh graduate.
“Saya berpesan kepada jajaran direksi untuk lebih memilih fresh graduate dengan alasan sederhana, bahwa kita ingin mendirikan stasiun televisi masa depan dengan sebuah paradigma baru, semangat baru, dan harapan baru. Stasiun televisi itu harus menjadi nomor satu di Indonesia,” ungkap CT, dalam bukunya dikutip Senin (20/6/2022).
Berbagai cara dilakukan, mulai dari pendidikan, pelatihan, hingga persiapan awal. Namun, satu hal yang dipompakan kepada mereka, Trans TV nantinya adalah rumah mereka, bukan kantor mereka. CT berharap mereka bisa bekerja dalam suasana kekeluargaan yang akrab membangun sebuah televisi terbaik di Indonesia.
Dalam perjalanan selanjutnya, ternyata estimasi biaya investasi untuk membangun Trans TV meleset. Rencana anggaran sebesar Rp 150 miliar tidak cukup, sementara gedung belum seluruhnya dibangun. Demikian juga peralatan dan keperluan lainnya, untuk programming belum terpenuhi.
“Terpaksalah, saya kemudian mencari uang lagi, habis-habisan untuk menalangi kekurangannya sampai akhirnya habis hingga Rp 400 miliar. Di luar itu, saya kemudian mengajukan kredit ke Bank Mandiri menjelang Trans TV akan memulai siaran pada Desember 2001. Begitu kredit dari bank BUMN itu cair sekitar Rp 300 miliar, dalam waktu sebulan uang itu sudah habis,” kata CT.
Di awal-awal membangun televisi, CT mengaku merasakan betapa industri TV seperti bisnis drakula, di mana dia menghisap darah yang luar biasa. Di awal Trans TV mengudara, dirinya harus menomboki tidak kurang dari Rp 30 miliar per bulan.
Simak juga Video: Tanda Syukur Ulang Tahun ke- 60, CT Bagikan E-Book dan Undang Makan Malam