BankTerkini.com – Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat, tetap mempertahankan kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative tightening/QT) meskipun ada desakan untuk melambatkan laju pengurangan kepemilikan obligasi. Para pejabat, termasuk Gubernur Jerome Powell, meyakinkan bahwa memperlambat proses ini adalah langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas pasar keuangan.
Sejak Juni 2022, Federal Reserve telah secara bertahap mengurangi kepemilikan obligasinya, menciptakan apa yang disebut sebagai pengetatan kuantitatif. Proses ini melibatkan pengurangan jumlah gabungan obligasi Treasury dan obligasi hipotek yang dilepaskan setiap bulannya, tanpa diinvestasikan kembali, mencapai total US$95 miliar. Meskipun demikian, Gubernur Powell menegaskan bahwa keputusan untuk memperlambat laju pengurangan ini tidak berarti neraca keuangan mereka akan menyusut, melainkan memungkinkan mereka untuk mendekati tingkat akhir secara lebih bertahap.
Menanggapi keputusan ini, Powell menjelaskan kepada wartawan bahwa memperlambat laju pengurangan akan membantu mencegah kemungkinan tekanan di pasar uang, menjaga stabilitas dalam transisi menuju kebijakan moneter yang lebih normal. Ia juga menekankan pentingnya menjaga kestabilan pasar uang dalam menghadapi proses pelonggaran kuantitatif.
Ketika ditanya tentang kekhawatiran pasar akan retakan yang mengkhawatirkan, Powell menyatakan bahwa keputusan untuk memperlambat laju pengurangan akan membantu mencegah terjadinya tekanan yang berlebihan di pasar. Namun demikian, pasar keuangan tetap waspada terhadap potensi dampak dari pengurangan portofolio aset senilai US$7,5 triliun yang dilakukan oleh The Fed.
Para analis pasar memperhatikan peningkatan penggunaan fasilitas overnight reverse repurchase agreement (RRP) sebagai indikator likuiditas di pasar keuangan. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan likuiditas dalam sistem keuangan, yang perlu dipertimbangkan oleh Federal Reserve dalam merancang kebijakan moneter ke depan.
Pernyataan Powell juga mendapat dukungan dari Gubernur Fed Dallas Lorie Logan, yang sebelumnya menyatakan perlunya memperlambat laju pengurangan kepemilikan obligasi. Logan menekankan bahwa langkah ini merupakan respons yang tepat terhadap kondisi pasar saat ini.
Gennadiy Goldberg, kepala strategi suku bunga AS di TD Securities, mengomentari bahwa keputusan The Fed untuk memperlambat laju pengurangan adalah langkah yang bijaksana. Dia juga memperkirakan bahwa Federal Reserve akan merilis Prinsip dan Rencana Normalisasi Neraca yang diperbarui pada pertemuan Mei mendatang.
Meskipun ada pandangan bahwa suku bunga jangka pendek akan mulai naik setelah fasilitas RRP kosong, banyak ahli strategi Wall Street juga menyoroti potensi pengaruh dari musim pajak dan pembayaran pinjaman dari Program Pendanaan Berjangka Bank The Fed terhadap cadangan bank. Priya Misra, manajer portofolio di JPMorgan Asset Management, menekankan perlunya kewaspadaan dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang dapat mempengaruhi stabilitas pasar keuangan.
Dengan demikian, keputusan The Fed untuk memperlambat laju pengurangan kepemilikan obligasi dapat dilihat sebagai langkah yang proaktif dalam menjaga stabilitas pasar keuangan dan mengurangi kemungkinan terjadinya tekanan yang berlebihan. Meskipun tantangan masih ada di depan, langkah-langkah yang diambil oleh bank sentral memberikan harapan bagi keberlanjutan pemulihan ekonomi yang stabil.
Baca juga: Jam Operasional Bank Nasional Besar Selama Ramadhan
Sumber: Bloomberg Technoz.