Bankterkini.com – Meredanya tensi dagang antara Amerika Serikat dan China membuka peluang positif bagi perekonomian Indonesia. Kementerian Keuangan menilai perkembangan ini bisa mendorong ekspor nasional, memperkuat posisi dalam rantai pasok global, serta meningkatkan minat investor asing terhadap pasar domestik.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Kementerian Keuangan, Noor Faisal Achmad, menjelaskan bahwa kesepakatan dua negara adidaya untuk menurunkan tarif perdagangan selama 90 hari memberikan sinyal optimisme. Menurutnya, Indonesia berpeluang meraup keuntungan dari membaiknya hubungan ekonomi antara Washington dan Beijing.
“Kesepakatan ini mencerminkan efektivitas diplomasi dalam menurunkan hambatan dagang. Ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menguatkan posisi tawar dalam kerja sama internasional,” ujarnya kepada media pada Selasa (13/5/2025).
Faisal menambahkan, meredanya konflik tarif juga membuka jalan bagi diversifikasi rantai pasok global. Dengan situasi yang lebih stabil, pelaku usaha global akan mulai mencari mitra dagang baru yang lebih andal dan strategis, termasuk Indonesia. Hal ini dinilai bisa mengurangi ketergantungan terhadap pusat produksi tunggal dan menciptakan ekosistem dagang yang lebih tangguh.
Di sektor investasi, Kementerian Keuangan memperkirakan perbaikan hubungan dagang AS-China bisa menciptakan sentimen positif di pasar keuangan. Kondisi ini berpotensi menarik aliran modal asing ke Indonesia, baik dalam bentuk investasi portofolio maupun penanaman modal langsung. Stabilitas global juga akan memperkuat nilai tukar dan menjaga inflasi tetap terkendali.
“Pemulihan kepercayaan investor menjadi faktor penting dalam menjaga kestabilan pasar finansial nasional. Saat sentimen global membaik, negara berkembang seperti Indonesia bisa menjadi tujuan utama bagi para investor,” tambah Faisal.
Dari sisi geopolitik ekonomi, Indonesia dinilai harus cermat membaca peluang. Pemerintah berpeluang memanfaatkan situasi ini untuk mendorong perdagangan yang lebih terbuka dan adil, sekaligus tetap menjaga kepentingan nasional di tengah dinamika global.
Sebelumnya, Amerika Serikat mengumumkan akan memangkas tarif impor terhadap barang-barang asal China. Tarif yang semula dikenakan hingga 145% akan diturunkan menjadi 30% selama periode 14 Mei hingga 90 hari mendatang. Termasuk di dalamnya pengurangan tarif untuk produk kimia seperti fentanil. Di sisi lain, China juga sepakat menurunkan tarif terhadap barang-barang dari Amerika Serikat dari 125% menjadi 10%.
Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam konferensi pers di Jenewa. Ia menyebutkan bahwa kedua negara telah berdiskusi secara intensif dan sepakat untuk tidak mengambil langkah pemisahan ekonomi secara ekstrem.
Lebih lanjut, Bessent menyatakan bahwa AS dan China sepakat membentuk mekanisme khusus guna melanjutkan dialog ekonomi dan perdagangan. Langkah ini dinilai sebagai bentuk komitmen jangka panjang untuk menjaga stabilitas perdagangan global.
Dengan meredanya ketegangan dua kekuatan ekonomi dunia, Indonesia memiliki ruang lebih besar untuk memperluas peluang dagang, menarik investasi, serta memperkuat jaringan industri nasional di tengah lanskap ekonomi global yang terus berubah. Pemerintah pun diharapkan bisa memanfaatkan momentum ini secara strategis guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

