Merauke –
Buaya dikenal sebagai hewan buas yang ganas dan punya gigitan kuat. Tampilannya yang bersisik dan gigi taring yang tajam, membuat predator air ini ditakuti oleh masyarakat.
Namun, bagi Muhammad Sakur Sidik, buaya justru mendatangkan keuntungan, terutama bagian kulitnya. Pemilik dari toko Sakur Kulit ini sudah sejak tahun 1994 bergelut dengan kerajinan kulit buaya. Awalnya ia bekerja di salah satu perajin.
Barulah pada tahun 1999 ia mantap membuka sendiri usaha kerajinan kulit buaya. Dengan modal awal Rp 5 juta ia merintis usahanya tersebut.
“Saya kerja (kerajinan) kulit (buaya) dari 1994. Usaha sendiri tahun 1999 sampai sekarang. Awalnya (ikut) kerja dulu sama almarhum Mas Kulit, itu guru saya dulu,” ujar Sakur ditemui di tokonya di Jl. Raya Mandala, Kabupaten Merauke, Papua Selatan, beberapa waktu lalu.
Sakur membuat berbagai jenis kerajinan berbahan kulit buaya mulai dari tali jam, dompet handphone, ikat pinggang, dompet, tas, jaket, hingga sepatu.
Tali jam ia jual senilai Rp 100 ribu, dompet handphone mulai Rp 250-450 ribu, dompet laki-laki senilai Rp 200 ribu, dompet perempuan mulai Rp 500 ribu sampai Rp 800 ribu. Kemudian tas ukuran standar paling rendah dijual Rp 1,2 jt, hingga tas perempuan paling rendah dijual Rp 1,5 juta.
Meski begitu, tak semua produk kerajinan yang dibuat Sakur murni terbuat dari kulit buaya. Untuk menekan budget, konsumen juga bisa memesan untuk dicampur menggunakan kulit sapi.
“Tergantung kulit buayanya berapa banyak toh, kalau sepatu full buaya (harganya) Rp 3 juta. Bisa juga dibikin Rp 1,5 juta tergantung posisi kulit buayanya seberapa. Jadi harganya tidak mati toh, tergantung kulitnya seberapa-seberapa begitu,” terang Sakur.
Ngeri-ngeri Sedap! Tas hingga Sepatu Ini Terbuat dari Kulit Buaya Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
|
Sakur mengatakan kulit buaya ia dapatkan dari supplier yang berasal dari berbagai daerah di Papua seperti dari Kimam, Kepi, Asmat, hingga dari Sota. Harganya dijual per inci. Untuk 1 inci kulit buaya saat ini dijual seharga Rp 30 ribu. Namun, jika sedang tinggi harganya bisa mencapai Rp 70 ribu per inci.
Meski demikian tak semua ukuran kulit buaya bisa dijual. Sebab, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) telah menetapkan standar ukuran kulit buaya yang boleh diambil.
“Ukuran yang sesuai dengan (standar) BKSDA itu 12 inci sampai 20 inch, itu yang boleh diambil,” ungkap ketua koperasi perajin kulit buaya tersebut.
“Kalau (jadi UMKM binaan) BKSDA itu memang sudah wajib karena beliau itu yang berhak atas kulit ini. BKSDA itu yang mengeluarkan izin. Kalau kita usaha toko itu paling NIB. Kalau kita nggak (hanya itu), ada NIB, ada izin untuk tangkap, ada izin edar. Ini harus ada yang keluarkan dari BKSDA,” imbuhnya.
Produk kerajinan kulit buaya buatan Sakur kini telah dijual hingga Surabaya, Cilacap, bahkan Medan. Meski demikian penjualannya sebagian besar masih mengandalkan secara offline.
“Kadang-kadang saja tampil di FB (Facebook) ada yang pesan. Kalau berturut-turut belum, karena stok saya juga kurang, tenaganya kurang,” kata Sakur.
Meski belum mengandalkan penjualan online, Sakur telah menerima transaksi digital menggunakan QRIS BRI. Ia mengakui transaksi menggunakan QRIS menjadi lebih praktis dan cepat.
“Iya sudah 4 bulanan kalau ngg salah. Jadi sekarang kan transaksi jarang pakai uang (cash), difoto saja begitu cekrek-cekrek, jadi lebih mudah,” ungkapnya.
Ngeri-ngeri Sedap! Tas hingga Sepatu Ini Terbuat dari Kulit Buaya Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
|
Untuk diketahui, Toko Sakur Kulit merupakan salah satu UMKM yang tergabung dalam program KlasterKu HidupKu dari BRI. Program ini dibuat untuk mengelompokkan pelaku usaha berdasarkan kesamaan kepentingan, kondisi lingkungan, dan atau keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha.
“Tentunya kami berharap mereka ini bisa mendapatkan sentuhan bantuan dari program pemberdayaan BRI baik melalui CSR/TJSL (tanggung jawab sosial dan lingkungan) maupun Rumah BUMN. Jadi mereka ini kan masih terkendala peralatan usaha sehingga dengan adanya program BRI atau dari kementerian BUMN harapannya mereka bisa lebih diepehatikan baik dari peralatan usaha maupun bahan baku,” ungkap Manajer Bisnis Mikro BRI Cabang Merauke, Darwin Edi Sitorus.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!
Simak Video “Dari Tuhan Untuk Minahasa“
[Gambas:Video 20detik]
(prf/ega)