Bank Dunia (World Bank) menyarankan pemerintah Indonesia menyesuaikan harga energi sesuai kondisi terkini. Yang dibidik adalah harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik.
Proyeksi Bank Dunia, jika tidak ada penyesuaian, alokasi subsidi untuk PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) pada 2022 menjadi 1,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai itu naik signifikan dari tahun lalu yang hanya 0,7%.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Habib Rab menjelaskan alokasi subsidi naik lantaran harga minyak dunia terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Sementara pemerintah tak menaikkan tarif listrik maupun BBM yang dikonsumsi masyarakat menengah bawah.
“Kami memperkirakan subsidi yang dibayarkan kepada BUMN untuk mengkompensasi penjualan listrik dan BBM di bawah harga pasar diproyeksi naik dari 0,7% dari PDB pada 2021 menjadi 1,5% dari PDB pada 2022,” kata Rab dalam webinar Financial Deepening for Stronger Growth and Sustainable Recovery, Rabu (22/6/2022).
Saat ini Pertamina hanya menaikkan BBM Pertamax dari Rp 9.000 per liter menjadi Rp 12.500-13.000 sejak 1 April 2022. Sedangkan harga BBM Pertalite masih ditahan di level Rp 7.650 per liter, dan konsumsinya terus meningkat seiring kenaikan harga Pertamax.
Sementara tarif listrik, pemerintah baru akan menaikkan mulai 1 Juli 2022. Itu pun hanya berlaku bagi kantor pemerintahan, rumah tangga golongan R2 dengan daya 3.500 VA sampai 5.500 VA, dan R3 dengan daya lebih dari 6.600 VA.
Sisanya, rumah tangga golongan R1 dan pelaku usaha industri masih mendapatkan subsidi dari pemerintah. Dengan demikian, alokasi subsidi tetap meningkat dari pemerintah.
“Jadi hampir dua kali lipat subsidi ini akan membantu menjaga inflasi dalam jangka pendek dan membantu mempertahankan permintaan domestik,” jelas Rab.