Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tak pernah luput dari permasalahan. Salah satu masalah utamanya adalah pembiayaan. Saat ini, kereta cepat disebut-sebut mengalami pembengkakan biaya pembangunan.
Saking besarnya pembengkakan biaya itu, pihak China yang diajak untuk bekerja sama membangun proyek tersebut blak-blakan meminta pemerintah ikut menambal bengkak biaya proyek. Padahal, sejak awal kereta cepat Jakarta-Bandung digadang-gadang pemerintah tak akan memakan uang APBN dan menjadi proyek bussines to bussines antar perusahaan China dan Indonesia.
Terbaru, China Development Bank (CDB) meminta pemerintah Indonesia menutup pembengkakan biaya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Memang beberapa waktu lalu disampaikan adanya permasalahan cost over run. Tentang cost over run ini setahu saya masih dibahas karena ada permintaan agar cost over run ini juga dicover oleh pemerintahan Indonesia,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (26/7/2022) yang lalu.
Wahyu menambahkan, soal permintaan dari China, Kementerian Keuangan akan membahas bagian kewajiban Indonesia yang berkaitan dengan pembangunan proyek, bukan cost overrun.
Bengkaknya biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung karena molornya dari target awal yang dicanangkan 2019. Nyatanya sampai 2022 saat ini, pembangunan masih tetap berjalan.
Perkiraan Jumlah Biaya Bengkak
Dalam catatan detikcom, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung awalnya diestimasi hanya memakan biaya US$ 5,5 miliar, kemudian membengkak jadi US$ 5,8 miliar dan meningkat lagi jadi US$ 6,07 miliar. Saat itu ditargetkan pembangunannya bisa selesai 2019.
Terbaru, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung diperkirakan ada pembengkakan biaya lagi mencapai US$ 1,176-1,9 miliar, menjadi maksimal US$ 7,97 miliar.
Menurut Juru Bicara Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Alia Karenina proyek kereta cepat Jakarta-Bandung diperkirakan akan mengalami pembengkakan biaya hingga Rp 16,8 triliun.
“Review Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memperkirakan cost overrun sebesar US$ 1,176 miliar atau setara dengan Rp16,8 triliun,” Alia dalam keterangannya kepada detikcom, Minggu (31/7/2022).
Dia pun menyatakan memang benar pihak China telah meminta Indonesia mengambil bagian ke biaya bengkak proyek kereta cepat. Namun, bukan berarti pemerintah akan langsung menyetujui permintaan itu.
Alia bilang saat ini sebetulnya masih ada pembahasan di tingkat pemerintah untuk memastikan langkah pemerintah sesuai aturan yang berlaku.
“Permintaan ini tidak serta merta langsung disetujui pemerintah dan masih akan dilakukan pembahasan untuk memastikan jika memang pemerintah turut menanggung beban cost over run, maka itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” kata
Alia menambahkan kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dan merupakan proyek investasi antara konsorsium Indonesia dan China melalui PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC), serta didanai oleh pinjaman dari China Development Bank (CDB).