Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merombak jajaran direksi PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT PELNI (Persero). Posisi Direktur Utama, semula Insan Purwarisya L. Tobing digantikan oleh salah satu Srikandi BUMN, Tri Andayani.
Memang wanita yang akrab disapa Anda ini bukanlah orang baru di jajaran BUMN pelayaran. Dia pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan PELNI pada April 2017 hingga 27 Desember 2019. Sebelumnya, Anda juga telah menyelami berbagai sektor pekerjaan, mulai dari perbankan, perusahaan peralatan elektronik, logistik, farmasi sampai pelayaran.
detikcom mewawancarai Anda terkait perjalanan karir dan gebrakan apa yang akan dia lakukan di PELNI. Berikut kutipan wawancaranya:
Boleh diceritakan bagaimana perjalanan karir hingga menjadi pimpinan di PELNI?
Saya pertama kali bekerja tahun 2000 di PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) sampai tahun 2015. Jadi selama 15 tahun saya menjalani pekerjaan sebagai seorang bankir. Di BNI saya merasa mendapatkan bekal yang sangat lengkap untuk menunjang pekerjaan saya sekarang.
Waktu itu dari tahun pertama sampai tahun ke-6 di BNI, saya berada di Divisi Kredit Menengah/Korporasi. Di situ saya harus memahami benar dasar-dasar keuangan suatu perusahaan yang sehat. Hanya perusahaan yang sehat yang dapat diproses permohonan kreditnya, kan? Saya mempelajari pola bisnis dan struktur keuangan dari semua debitur yang saya kelola. Nah, dari sinilah saya memahami bagaimana mengelola perusahaan agar keuangannya sehat dan bagaimana suatu perusahaan dapat optimal dengan modal dan aset yang dimilikinya. Jadi selama 6 tahun saya dibekali pemahaman mengenai aspek keuangan.
Selanjutnya dari tahun ke-7 sampai tahun ke-11 saya di Group Supporting Dewan Komisaris BNI. Di sana saya mempelajari bagaimana Dewan Komisaris dan Direksi berinteraksi dengan perannya masing-masing. Saya selalu terlibat dalam rapat Dewan Komisaris dengan Direksi sehingga saya mendapatkan pelajaran, mulai dari bagaimana mereka berdiskusi untuk membahas suatu masalah sampai dengan proses pengambilan keputusan. Itu menurut saya bekal yang sangat penting, seperti kawah candradimuka istilahnya.
Kemudian di tahun ke-12 sampai ke-15 saya ditugaskan ke Divisi Hubungan Lembaga dan saya diminta mengelola beberapa Kementerian/Lembaga/Badan dan Perusahaan BUMN. Dari sini network saya mulai terjalin dengan berbagai karakter orang dari latar belakang dan level jabatan yang berbeda. Di situ saya merasa mental saya diasah untuk berhadapan dengan birokrasi sampai pejabat level Menteri.
Bagaimana karir Ibu setelah di BNI?
Tahun 2015, saya diberikan amanah oleh Kementerian BUMN untuk menjadi Direktur Keuangan di PT Len Industri (Persero). Menjadi Direksi adalah pengalaman pertama saya waktu itu. Pasti deg-degan banget, bisa nggak ya, bisa nggak ya? Hal pertama dan yang terpenting dalam setiap tugas yang diberikan kepada saya adalah pemetaan masalah. Karena dengan pemetaan masalah yang jelas pasti akan menghasilkan solusi yang tepat.
Setelah itu saya akan menetapkan prioritas berdasarkan target waktu penyelesaian yang ditetapkan. Prioritas itu didasarkan pada permasalahan yang memberikan potensi dampak kerugian yang signifikan pada perusahaan. Alhamdulillah waktu itu masalah yang saya petakan selesai dalam waktu 2 tahun penugasan saya di situ.
Dari Len Ibu diminta ke PELNI, untuk membenahi masalah apa?
April 2017 saya diberikan amanah ke PELNI. Saya ingat waktu itu Kementerian BUMN menugaskan saya untuk menyelesaikan penyerapan dana PMN untuk pembelian 6 armada kapal tol laut.
Saya mulai membangun sistem pembayaran cashless, baik kepada penumpang maupun kepada pihak ketiga, karena memonitor keuangan 45 Cabang, dan 114 Terminal Point serta 106 Kapal bukanlah hal yang mudah.
Kemudian 2019 selesai penugasan saya di PELNI, namun masih jadi Komisaris Independen di anak usaha PELNI yaitu PT Sarana Bandar Nasional (SBN). Sama seperti perusahaan pelayaran lainnya, ketika pandemi melanda dan PPKM diberlakukan banyak kapal yang port stay. Banyak pelabuhan yang tutup. Nah, SBN yang menjadi salah satu backbone PELNI di bidang logistik harus mikir nih, bagaimana bisa mendapatkan laba yang sustain. Memang itu nggak mudah, tapi kita berupaya untuk survive.
Saat itu saya minta Direksi untuk melakukan diversifikasi usaha yaitu dari logistik maritim ke logistik darat. Yang tidak bisa dipakai hanya crane di kapal karena kapal sedang portstay. Tapi truk SBN kan bisa dipakai, kontainer juga masih bisa dipakai. Ya sudah sekarang pindahin ke darat, angkut dari gudang ke gudang yang masih satu provinsi atau satu pulau. Alhamdulillah anak perusahaan survive selama 2020-2021. Dan hasilnya laba mereka sustain, sama seperti sebelum pandemi terjadi.
Setelah dari PELNI yang merupakan perusahaan pelayaran, Ibu diminta untuk ke Phapros, apa tantangannya?
Di perusahaan farmasi ini saya harus cepat beradaptasi. Sebagai Direktur Marketing saya harus segera mempelajari produk yang dihasilkan oleh Phapros. Bagaimana mau memasarkan dan menjual kalau saya tidak paham produknya?
Namun saya menyadari bahwa saya yang tidak memiliki latar belakang farmasi akan lama kalau saya benar-benar mempelajari detail satu per satu produk tersebut. Sehingga saya putuskan untuk mempelajari struktur produknya saja. Masing-masing produk, over the counter, generic dan ethical memiliki karakteristik masing-masing, baik dalam hal membangun pasar, metode promosinya maupun peran produk tersebut terhadap pendapatan dan laba perusahaan.
Setelah itu saya memetakan pasar mana yang dapat menyerap/membeli produk kami dalam jumlah nominal yang besar. Dari situlah kami masuk. Alhamdulillah hasilnya sudah mulai keliatan.
Apa program 100 hari atau visi misi Ibu dalam memimpin PELNI ketika mendapat penugasan dari Pak Erick?
PELNI itu perusahaan pelayaran yang potensinya besar. Dengan 45 kantor cabang, 114 terminal point dan total 106 kapal berlayar ke seluruh Indonesia. Itu jadi sumber daya PELNI yang luar biasa.
Kami menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi penugasan dari Pemerintah untuk pelayanan transportasi laut dan fungsi sebagai sumber pendapatan bagi negara dalam bentuk setoran dividen.
Untuk fungsi pertama, harus kami pastikan bahwa kehadiran kapal-kapal kami melalui penugasan Kapal Penumpang dan Kapal Perintis dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia hingga ke pelosok negeri sehingga mereka merasakan kehadiran Pemerintah dalam layanan transportasi publik. Kami juga akan terus berusaha meningkatkan pelayanan sejak pre on board, on board hingga post on board, yang mencakup aspek kenyamanan, keamanan dan keselamatan sebagai aspek utamanya.
Sedangkan untuk fungsi lainnya, yaitu fungsi kedua, kami akan terus berusaha untuk meningkatkan kinerja sehingga menghasilkan laba yang sustain bagi perusahaan yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi positif kepada negara dalam bentuk dividen. Saat ini memang laba PELNI belum mencukupi untuk memberikan dividen kepada Pemerintah, namun saya yakin dalam waktu 4-5 tahun ke depan PELNI dapat segera memberikan dividen kepada Pemerintah.
Untuk percepatan ini kami akan focus pada bisnis logistic maritim, namun dengan tetap memperhatikan penugasan yang diberikan Pemerintah kepada kami. Saya ingin keberadaan kapal PELNI lebih banyak lagi, baik dari sisi jumlahnya maupun perannya di seluruh lautan Indonesia sehingga kehadiran PELNI sebagai national flag carrier di bidang maritim dapat lebih dirasakan dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia.
Apa akan ada perubahan porsi bisnis PELNI?
Porsi bisnis PELNI saat ini masih didominasi oleh pelayanan penumpang. Saat ini proporsi antara penumpang dengan logistik masih di 65% dan 35%. Saya ingin kondisi ini berbalik dalam waktu 2 tahun menjadi 45% dan 55%, masing-masing untuk porsi pendapatan penumpang dan pendapatan logistic.
Untuk mencapai keinginan tersebut, kami harus melakukan transformasi, karena mengubah dominasi pola bisnis, dari layanan penumpang menjadi layanan barang (logistic) merupakan satu tantangan yang menarik. Transformasi ini tentu harus di-support dengan struktur organisasi dan human capital yang fit serta proses digitalisasi yang masif. Prospek bisnis logistik masih terbuka lebar saat ini. Apalagi program Pak Jokowi adalah Tol Laut.
Pemerintah menitipkan Program Tol Laut ini kepada PELNI untuk benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Isu utamanya saat ini adalah muatan balik (dari wilayah Indonesia Timur ke wilayah Indonesia Barat) belum optimal bahkan kosong.
Untuk ini kami akan menggandeng bupati-bupati yang daerahnya dilewati oleh trayek Kapal Tol Laut kami, untuk berkomitmen menggunakan kapal kami, kapal yang disediakan oleh Pemerintah. Selama ini mungkin sosialisasi dan engagement-nya ke pemerintah-pemerintah daerah yang belum dilakukan secara maksimal sehingga saya khawatir ada daerah atau kabupaten yang sebenarnya punya muatan balik tetapi tidak ter-capture dan tidak disinggahi.
Saksikan juga: Jadi Karyawan Kutu Loncat, Apa Salah?