Minahasa Utara –
Kawasan destinasi pariwisata super prioritas Likupang memiliki sederet desa yang menyimpan potensi wisata terbaik. Salah satu desa wisata yang memiliki panorama cantik yaitu Desa Palaes, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Untuk mengunjungi desa wisata ini, pelancong dapat menempuh jarak sekitar 1 jam lebih dari Bandara Sam Ratulangi, Manado menggunakan kendaraan roda empat. Di desa yang sudah berusia 171 tahun ini, para pelancong pun bisa menemukan berbagai aktivitas menarik di sekitar desa.
Sebut saja menyusuri kawasan mangrove yang menjadi wisata andalan Desa Palaes, bermain pasir di Pulau Paniki, jalan-jalan ke air terjun walangan, minum sumber mata air hingga mencari binatang langka tarsius di malam hari.
Bila dirasa sudah terlalu malam, wisatawan pun bisa menginap di homestay-homestay yang sudah disiapkan pemerintah desa. Setidaknya ada 10 homestay yang memiliki fasilitas 1 tempat tidur, kamar mandi, dan sarapan. Beberapa homestay juga sudah dilengkapi dengan AC.
Foto: Andhika Prasetia
|
Salah satu penyedia homestay yang ada di Desa Palaes adalah Yunita. Perempuan ini membuka usaha homestay pada tahun 2021. Usaha homestay yang ia kelola pun pernah ditinggali oleh wisatawan dari Jerman.
“Tamu yang datang di homestay itu biasanya naik perahu dari pasir putih atau pantai peniki, yang menginap di homestay itu mancanegara dari Jerman dan lokal juga ada, dari Jakarta ada. Yang ditawarkan di homestay ada Wi-Fi, AC, tempat tidur yang nyaman, air, makan pagi. Biaya menginap per hari di 300 ribu per malam,” ucap Yunita kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Untuk urusan pembayaran tak perlu khawatir, karena homestay yang ada di Desa Palaes sudah melayani pembayaran menggunakan QRIS. Yunita pun menilai pembayaran dengan QRIS ini memudahkan dirinya untuk melakukan transaksi penyewaan homestay.
“Untuk pembayaran saat ini sudah bisa melalui digital QRIS. Keuntungan menggunakan QRIS yaitu menghemat uang langsung masuk di rekening, jadi tidak tunai, jadi suatu hal yang bagus buat kami juga,” kata Yunita.
Sementara itu, Kepala Desa Palaes atau yang biasa dipanggil Hukum Tua, J Grace Morang mengatakan salah satu visi dan misi dirinya sewaktu terpilih menjadi hukum tua yaitu menginginkan Desa Palaes menjadi desa digital. Karena itu, ia ingin masyarakat bisa menikmati jaringan internet yang baik dengan jangkauan yang luas.
Gayung bersambut, Desa Palaes pun terpilih menjadi salah satu Desa BRILian yang dicanangkan BRI. Desa Palaes sukses menempati posisi 3 Desa BRILiaN se-Indonesia Timur. Berkat capaian itu, Desa Palaes mendapatkan dukungan untuk menjadi desa digital.
“Melalui program BRI atau Desa BRILian ini, saat ini para pelaku UMKM dan penyedia homestay di Desa Palaes bisa bertransaksi melalui QRIS BRI tidak perlu repot lagi menyiapkan uang tunai dan pembayaran langsung masuk rekening masing-masing jadi aman,” imbuh Grace.
Foto: Andhika Prasetia
|
Ditemui terpisah, Pemimpin Cabang BRI Bitung Ronald Engelbert Pinontoan mengungkapkan peran BRI di desa BRILian adalah mengembangkan desa-desa tersebut dengan harapan semua layanan bisa dilakukan secara digital. Apalagi beberapa wisatawan saat ini sudah jarang membawa uang tunai.
Apalagi masyarakat disebut bisa mendapatkan keuntungan ketika bertransaksi menggunakan QRIS salah satunya kemudahan transaksi, karena tak harus menyimpan uang secara tunai.
“Jadi tujuannya adalah mendigitalisasi sehingga mereka bisa beralih dari tunai ke non tunai menggunakan QRIS BRIMo,” jelas Ronald.
Sebagai informasi, detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILiaN yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional.
Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesaBRILiaN.detik.com!
Simak Video “UMKM Desa Tritiro Go Digital, Siap Menjadi Desa Mandiri dan Cerdas“
[Gambas:Video 20detik]
(anl/ega)