Jakarta –
Pemerintah berencana untuk menggabungkan anak usaha syariah BTN (BTN Syariah) ke PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
Penggabungan ini diharapkan bisa memperkuat ekosistem layanan perbankan syariah di Tanah Air, juga sebagai amanat UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Peraturan OJK nomor 59 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan UUS.
Dalam raker dengan komisi VI DPR Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan jika konsolidasi ini adalah visi pemerintah untuk memperkuat ekonomi dan perbankan syariah. Diharapkan BSI bisa memperkuat posisi secara kapitalisasi pasar.
Dalam memperkuat perbankan dan eskosistem ekonomi syariah, lanjut Tiko, konsolidasi sangatlah penting. Sehingga sebagai ‘alat negara’, BSI dan UUS BTN tidak berjalan sendiri-sendiri namun saling menguatkan.
“Sehingga aset menjadi lebih besar lagi. BSI pun dapat menjadi bank syariah yang lebih modern dan dapat memenuhi kebutuhan generasi milenial. Harapannya akuisisi customer baru lebih cepat karena jangkauan pasar dan nasabah menjadi lebih luas,” kata Tiko dalam tayangan rapat, dikutip Rabu (8/6/2022).
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa integrasi UUS BTN akan memperkuat posisi dan memperbesar kapasitas pasar BSI.
“Itulah yang kita harapkan supaya posisi BSI ini semakin besar dan tentunya semakin kuat. Dalam arti kapitalisasi pasar dan tentu dorongannya untuk industri perbankan (syariah),” kata dia.
Melalui integrasi bank syariah milik negara, lanjut dia, diharapkan akan dapat mengoptimalkan industri halal nasional yang saat ini masih belum masuk peringkat lima besar dunia. Padahal, seperti diketahui, Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam terbesar di dunia yaitu 229 juta orang atau sekitar 87,2% dari total populasi. Adapun potensi industri halal nasional mencapai Rp 4.375 triliun.
“Kalau kita lihat, kita merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Tetapi tingkat produktivitasnya belum masuk lima besar industri halal dunia. Karena itu kita dorong BSI ke sana,” jelas dia.
Sekadar informasi saat ini komposisi pemegang saham perseroan adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, sebesar 50,95%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, sebanyak 24,91%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sejumlah 17,29%.
Sisanya adalah DPLK BRI sekitar 1,83%, BNI Life Insurance 0,01%, serta pemegang saham lain dengan kepemilikan kurang dari 5% termasuk publik yang baru sekitar 7,08%.
Di sisi lain, kinerja UUS BTN pun cemerlang. Laba bersih UUS BTN pada 2021 tercatat naik sekitar 37,33% secara tahunan dari Rp 134,86 miliar pada 2020 menjadi Rp 185,20 miliar. Pada kuartal I 2022 pertumbuhan pun berlanjut.
Laba bersih UUS BTN pada periode tersebut naik 25,39% secara tahunan. Yaitu dari Rp 60,14 miliar pada kuartal I 2021 menjadi Rp 75,41 miliar pada periode yang sama tahun ini. Dengan integrasi diharapkan dapat menjaga dan memperkuat pertumbuhan tersebut.
Lihat juga Video: Bank Syariah Indonesia Dobrak Pasar Timur Tengah
(kil/dna)