Bankterkini.com – Amerika Serikat kembali memanas dalam hubungan dagangnya dengan China. Gedung Putih secara resmi mengonfirmasi bahwa seluruh produk impor dari China kini dikenai tarif minimum sebesar 145%. Kebijakan ini menyusul pernyataan mantan Presiden Donald Trump yang sehari sebelumnya mengklaim telah menaikkan tarif menjadi 125% sebagai respons atas aksi balasan dari pihak Beijing.
Penjelasan terbaru dari Gedung Putih menyebutkan bahwa tarif 125% tersebut merupakan tambahan dari bea 20% yang sebelumnya sudah diberlakukan terhadap barang-barang China. Kebijakan ini dikaitkan dengan dugaan peran China dalam rantai pasokan fentanil yang masuk ke Amerika Serikat, sebuah isu yang terus menjadi perhatian utama di dalam negeri.
Dengan demikian, angka 145% bukanlah batas maksimum, melainkan batas bawah dari seluruh beban tarif yang dikenakan. Tambahan ini memperberat tarif-tarif yang sudah ada sebelumnya, termasuk bea masuk sebesar 25% atas produk baja, aluminium, mobil, serta suku cadang kendaraan. Selain itu, pada masa jabatan pertamanya, Trump juga telah menetapkan tarif serupa untuk berbagai barang asal China sebagai respons atas pelanggaran aturan perdagangan.
Langkah ini memicu ketidakpastian bagi para importir di Amerika Serikat. Banyak dari mereka bergantung pada produk China untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik. Bagi perusahaan yang mengimpor dalam jumlah besar, selisih tarif antara 125% dan 145% dapat berarti kenaikan biaya hingga ribuan dolar per kontainer.
Tak hanya perusahaan besar yang terdampak, pelaku usaha kecil juga menghadapi risiko besar akibat lonjakan biaya impor. Komponen-komponen seperti ponsel, mainan, komputer, serta berbagai barang elektronik yang sebagian besar diproduksi di China, menjadi semakin mahal untuk didatangkan ke pasar AS.
Meski demikian, pemerintahan Trump memberikan kelonggaran sementara. Barang-barang yang sudah dikirim sebelum kebijakan tarif impor China yang baru diumumkan akan dibebaskan dari pungutan tambahan ini. Produk-produk yang dikirim melalui udara diperkirakan akan terkena dampak dalam beberapa hari mendatang, sedangkan pengiriman laut akan membutuhkan waktu beberapa minggu untuk tiba di wilayah AS dan dikenakan tarif terbaru.
Sebagai catatan, China merupakan mitra dagang utama kedua bagi Amerika Serikat. Ketegangan yang terus meningkat ini berpotensi memengaruhi struktur harga barang konsumen secara luas di pasar domestik. Para pelaku usaha kini tengah menimbang ulang strategi pasokan mereka untuk menghindari beban biaya yang makin berat.
Meski Gedung Putih menegaskan langkah ini sebagai bagian dari perlindungan terhadap industri dalam negeri, banyak pihak menilai bahwa kebijakan tarif impor China semacam ini bisa memicu eskalasi konflik dagang yang lebih luas dan berdampak panjang terhadap ekonomi global. Importir dan konsumen AS pun tengah bersiap menghadapi gelombang harga baru akibat kebijakan tersebut.







