Jakarta –
Disrupsi pandemi COVID-19 di tengah pesatnya laju perkembangan teknologi mengantarkan Indonesia ke era baru, New Normal. Peralihan kebiasaan ini mengakselerasi transformasi digital sektor perbankan, tanpa terkecuali sektor perbankan syariah.
Tak hanya itu, lonjakan proporsi usia angkatan kerja (16-64 tahun) sebesar 70,72% dari 270,20 Juta Jiwa yang didominasi generasi Z menstimulasi transformasi digital di era new normal. Transformasi digital di era new normal memperkuat peran teknologi sebagai penggerak roda perekonomian nasional. Keterkaitan generasi Z dan Alpha terhadap teknologi mendorong pelaku usaha untuk menyempurnakan informasi produk/layanan, ulasan, dan berbagai fitur lainnya melalui platform digital.
Penetrasi internet pada masa pandemi mendorong peningkatan konsumen baru digital pada tahun 2020 sebesar 37%, disertai kontinuitas konsumsi digital sebesar 93% dari konsumen baru ini. Konektivitas antara digitalisasi dan prinsip ekonomi syariah menjadi peluang bagi sektor perbankan syariah untuk memberikan akses permodalan guna menyokong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini didukung besarnya potensi demografis Indonesia dengan 86,88% penduduk mayoritas beragama muslim.
Potensi demografis ini dapat diartikan sebagai pasar yang menjanjikan bagi sektor perbankan syariah. Kendati demikian, perbankan syariah hanya menguasai 7,05 persen pangsa pasar sektor perbankan secara nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa rendahnya kesadaran dan literasi masyarakat terkait keuangan syariah yang bisa menjadi hambatan sekaligus peluang bagi bank-bank syariah di Indonesia.
BSI, perusahaan hasil merger 3 bank syariah plat merah di Indonesia, hadir guna mengubah tantangan menjadi peluang untuk memimpin pasar keuangan syariah global. Proses penggabungan ini menjamin proses integrasi layanan perbankan terpadu ketiga bank umum syariah beroperasi dengan baik dan meminimalisir hambatan guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan nasabah.
Menteri BUMN, Erick Thohir menyampaikan bahwa bank syariah selama ini belum memiliki daya saing yang kuat. Maka dari itu, merger ketiga bank syariah bertujuan untuk menstimulasi penetrasi ekonomi dan keuangan syariah. Pratiwi et al. (2018) memaparkan bahwa strategi merger merupakan opsi terbaik untuk mencapai tujuan korporasi yang bersifat ekonomis dan jangka Panjang. Hal ini terbukti melalui peningkatan pangsa pasar BSI semula sebesar 38,24% pada tahun 2021 menjadi 60% pada tahun 2022.
Eksistensi BSI mampu menstabilkan kondisi industri perbankan syariah menuju pemulihan dari dampak COVID-19. Sebagai korporasi bank syariah terbesar di Indonesia, BSI mampu eksis di kancah global dengan aset sebesar US$ 3,69 miliar dan menduduki posisi ketujuh secara nasional.
Merger ketiga bank syariah BUMN membangkitkan sektor keuangan islam pada kuartal-I tahun 2021 setelah tahun yang sulit selama puncak pandemi. Pemulihan perbankan syariah dengan adanya merger ini menunjukkan kontribusi bank syariah dalam memberikan akses pendanaan untuk korporasi dan sektor ritel, serta beberapa investasi besar yang dilakukan oleh pemerintah dalam proyek pembangunan dan infrastruktur, peningkatan fintech syariah, dan pendanaan startup.
Mengacu State of the Global Islamic Report 2020-2022, Indonesia menduduki posisi pertama untuk kategori jumlah transaksi investasi keuangan syariah terbanyak periode 2018/19 dan 2019/20. Namun, posisi ini tergeserkan pada tahun 2022 oleh UEA dengan selisih satu poin. Kendati demikian, Indonesia tetap mengalami kenaikan jumlah transaksi dari 38 kesepakatan senilai US$ 4,9 miliar pada 2019/2020 menjadi 57 kesepakatan senilai US$ 17 miliar pada 2020/2021.
Peningkatan nilai transaksi sebesar 246% ini mengindikasikan perbankan syariah Indonesia memiliki posisi strategis di kancah global. Kinerja progresif BSI dengan kenaikan aset, pembiayaan, dan laba bersih disinyalir mampu menghantarkan BSI menjadi top 10 Global Islamic Banking tahun 2025.
Dalam menjawab tantangan COVID-19 dan desakan transformasi ekonomi digital, BSI memenuhi layanan digital syariah melalui BSI mobile. BSI berupaya untuk mengembangkan produk dan layanan perbankan digital guna memenuhi kebutuhan masyarakat, UMKM, dan wholesale. BSI selaku market leader bank syariah senantiasa mengadopsi teknologi untuk mempermudah layanan bisnis dan menjangkau nasabah di segala penjuru. Adapun ekosistem digital BSI terpadu dalam 3 pilar, yakni Finansial, Sosial, Spiritual.
SuperApp sharia banking, BSI Mobile, menghadirkan berbagai fitur layanan dan pembukaan rekening online guna mempermudah transaksi nasabah. BSI mengutamakan kemudahan penyaluran dana kepada nasabah, baik individu, UMKM, maupun wholesale dalam rangka mendukung program PEN pemerintah. Hal ini menunjukkan komitmen BSI dalam menghadirkan layanan prima perbankan syariah di Indonesia.
Kehadiran BSI diharapkan mampu memisahkan peran bank syariah dan bank konvensional yang tidak hanya ditujukan kepada masyarakat muslim saja, namun juga kepada seluruh entitas masyarakat dalam rangka menyongsong pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi COVID-19.
Inklusivitas ekosistem digital menghantar BSI ke dalam efektivitas kinerja keuangan dengan menekan biaya modal dan mengoptimalkan profitabilitas perusahaan. Penguatan layanan digital BSI menunjukkan peningkatan jumlah pengguna aktif sebesar 108% (YoY) dan pengguna terdaftar 81% (YoY) secara eksponensial. Berdasarkan hasil proyeksi linear, jumlah pengguna aktif meningkat sebesar 2,39 Juta dan pengguna terdaftar akan bertumbuh sebesar 4,78 Juta pada Desember 2022.
Performa unggul BSI mobile memberikan perusahaan keuntungan melalui Fee Based Income. FBI tumbuh 150 persen (YoY) berkat kemudahan layanan BSI mobile. Hal ini menunjukkan resiliensi ekosistem digital BSI di tengah guncangan resesi yang melanda perekonomian tanah air. Progresivitas kinerja ini mengindikasikan dedikasi perusahaan dalam mengantarkan BSI sebagai market leader di industri perbankan pada masa mendatang.
Indah Nurhayati
(prf/ega)