Jakarta –
Pada sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional perbankan, yakni bank konvensional dan bank syariah.
Bank adalah lembaga keuangan yang akrab dengan keseharian masyarakat. Maka tidak mengherankan dua sistem perbankan itu dibandingkan antara satu dan yang lainnya.
Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengungkapkan penetrasi bank syariah masih kecil dibandingkan bank konvensional. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah bank syariah.
Penyebab penetrasi bank syariah masih rendah:
1. Jaringan
Ia menjelaskan secara jaringan mempengaruhi pelayanan bank syariah ke masyarakat. Ia mengilustrasikan satu kantor layanan bank syariah berbanding 101.426 penduduk Indonesia. Hal ini jauh dengan bank konvensional yang satu kantor layanan bank berbanding 7.951 penduduk Indonesia.
2. Literasi dan Inklusi
Kemudian literasi keuangan pada 2019, perbankan syariah baru 8,93%, sedangkan bank konvensional 38%. Begitu pun dari segi inklusi, perbankan syariah 9,1% dan perbankan konvensional 76,2%.
3. Teknologi dan Informasi dan Saluran Digital
Teknologi informasi dan saluran digital bank syariah pun belum sekuat bank konvensional.
4. Modal
Selanjutnya adalah persoalan modal. Surya mengungkapkan modal bank syariah hanya Rp 47 triliun, jauh dari bank konvensional yang mencapai Rp 1.360 triliun pada 2020.
“Ini sebetulnya alasan pemerintah mendorong merger dari bank syariah anak usaha BUMN, sehingga yang diharapkan adalah secara permodalan lebih kuat, secara ukuran lebih besar, secara jaringan itu juga lebih bersaing,” katanya dalam paparan virtual Sharia Talk Seru in Ramadhan, Rabu (6/4/2022).
Meski begitu, Surya yakin perbankan syariah masih punya peluang berkembang lebih jauh lagi. Poin utamanya adalah, dengan berbagai upaya dari segi literasi dan inklusi akan meningkat.
“Sehingga kita juga bisa mendorong pangsa pasar tidak hanya di dunia perbankan, tapi juga industri keuangan,” tambah dia.
Sebagai informasi, dari segi aset perbankan syariah hanya memiliki aset Rp 694 triliun, jauh dari aset perbankan nasional yang mencapai Rp 10.298 triliun pada 2021. Begitu juga dengan pangsa pasar yang baru 6,7%.
Sementara dari segi kredit atau pembiayaan bank syariah hanya menyalurkan sebesar Rp 422 triliun, jauh dari kredit perbankan nasional yang mencapai Rp 5.897 triliun di 2021. Sementara dari sisi dana pihak ketiga (DPK), perbankan nasional sebesar Rp 7.608 triliun dan untuk perbankan syariahnya Rp 549 triliun di tahun yang sama.
(ara/ara)