Bankterkini.com – Harga emas terus menunjukkan tren kenaikan dalam perdagangan hari ini. Jika tren ini bertahan hingga penutupan, maka emas akan mencatatkan kenaikan selama empat hari berturut-turut.
Pada Kamis (20/3/2025) pukul 07:08 WIB, harga emas di pasar spot mencapai US$ 3.054,3 per troy ons, meningkat 0,14% dibandingkan hari sebelumnya. Angka ini sekaligus menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Sehari sebelumnya, harga emas ditutup naik 0,6% ke level US$ 3.050 per troy ons. Dengan demikian, selama tiga hari terakhir, harga emas mengalami kenaikan kumulatif sebesar 2,23%.
Dalam sepekan terakhir, harga emas telah menguat sebesar 3,23% secara point-to-point. Sementara itu, dalam periode satu bulan terakhir, kenaikannya mencapai 3,12%. Sejak awal tahun 2025, harga mengalami lonjakan signifikan sebesar 15,57%, sementara dalam satu tahun terakhir, kenaikan yang tercatat mencapai 38,75%.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas
Kenaikan harga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi di Amerika Serikat. Pada dini hari tadi waktu Indonesia, Federal Reserve (The Fed) mengumumkan hasil pertemuan kebijakan moneter. Bank sentral AS tersebut memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25-4,5%, sejalan dengan ekspektasi pasar.
Dalam konferensi pers, Ketua The Fed, Jerome Powell, mengungkapkan bahwa inflasi di AS mulai menunjukkan tren peningkatan. Salah satu faktor pemicunya adalah kebijakan kenaikan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
“Inflasi mulai meningkat, kemungkinan besar sebagai respons terhadap kebijakan tarif yang diberlakukan,” ujar Powell seperti dikutip dari Bloomberg News.
Meningkatnya inflasi memunculkan kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian AS. Pasar pun berspekulasi bahwa The Fed akan mengambil langkah-langkah stimulus moneter, termasuk kemungkinan penurunan suku bunga di masa depan.
“Pasar tampaknya memperkirakan kebijakan moneter yang lebih longgar karena The Fed melihat risiko inflasi yang lebih tinggi,” kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas Global di TD Securities.
Selain itu, The Fed juga merilis proyeksi ekonomi terbaru yang mencantumkan dot plot sebagai indikasi arah suku bunga. Dalam proyeksi tersebut, mayoritas pejabat The Fed memperkirakan bahwa suku bunga akan berada di kisaran 3,75-4% pada akhir 2025, yang mengindikasikan kemungkinan penurunan sebesar 50 basis poin dari level saat ini.
Prospek Pergerakan Harga Emas
Sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset), emas cenderung diminati ketika suku bunga turun. Oleh karena itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed berpotensi mendukung kenaikan harga emas ke depan.
Dari sisi teknikal, harga masih berada dalam tren bullish. Indikator Relative Strength Index (RSI) tercatat di level 74,98, yang menunjukkan dominasi tren naik. Namun, angka tersebut juga menandakan kondisi overbought, yang berarti potensi koreksi tetap ada.
Konfirmasi overbought semakin kuat dengan indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh angka 100. Hal ini menunjukkan bahwa harga emas berada dalam kondisi jenuh beli dan berisiko mengalami koreksi dalam jangka pendek.
Jika terjadi koreksi, level support terdekat berada di US$ 3.025 per troy ons, yang merupakan Moving Average (MA) 5. Sementara itu, level resistensi terdekat berada di US$ 3.061 per troy ons. Jika harga berhasil menembus level ini, emas berpotensi melanjutkan kenaikan ke US$ 3.066 per troy ons.
Dengan berbagai faktor fundamental dan teknikal yang ada, pasar akan mencermati setiap perkembangan kebijakan ekonomi global yang dapat mempengaruhi pergerakan harga ke depan.






