Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Mikro (UKM), Teten Masduki berharap bengkel kustom punya daya saing global. Dia memiliki usul untuk membuat sepeda motor dengan berkolaborasi antara pelaku motor kustom, koperasi, dan BUMN Pegadaian.
“Industri otomotif makin tergantung pada industri luar, justru dengan hadirnya teman-teman kustom ini sudah bisa membuat produk sendiri, tinggal ini bagaimana mendesain strategi industri,” kata Teten Masduki saat ditemui di acara Kustomfest, Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (5/11/2021).
Teten mendorong pelaku usaha ataupun kelompok usaha agar membentuk koperasi yang berguna untuk pengembangan usaha dan mempermudah akses permodalan. Sementara dari segi pembiayaan konsumen bisa menggunakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Pegadaian.
“Industri otomotif makin tergantung pada industri luar, justru dengan hadirnya teman-teman kustom ini sudah bisa membuat produk sendiri, tinggal ini bagaiman mendesain strategi industri,” kata Tetan.
“Saya tawarkan tadi bagaimana kita membuat motor lewat koperasi. Sehingga satu motor nanti diproduksi oleh komponen dari anggota koperasi itu lalu di-manufacturing, dan menjadi produk. Dari segi pembiayaan mulai kelihatan nih nanti dari sisi produksi bisa KUR, dana Koperasi, tapi untuk leasing perusahaan pakai Pegadaian, setengah dari leasing company untuk komersil,” jelas Teten.
“Jadi ini produksi guyub banget,” tambah Teten.
Teten berpesan supaya para pelaku UKM tdak lagi meniru produk yang sudah ada dan dijual oleh produsen luar negeri, tapi membuat produk sendiri sesuai selera pasar dan kreativitas konsumen di Indonesia.
“Kami punya dua masa depan UMKM ada di dua area, satu produk berbasis kreativitas, kedua dalam rangka inovasi, rantai pasok ini kita arahkan jadi bagian industrialisasi,” kata Teten.
Teten juga menambahkan bahwa pasar yang bisa ditembus pelaku kustom saat ini ialah masyarakat kelas menengah atas. Sebab tabungan di golongan kelas tersebut di Indonesia mencapai Rp 700 triliun.
“Sekarang kan pandemi daya beli turun, karena banyak masyarakat yang pendapatannya turun, tapi di sisi lain ada kelas menengah ke atas ada yang nambah 700 triliun tahun lalu di bank, karena duit mereka nggak dipakai, nggak jalan-jalan, tapi duit mereka beranak terus di bank, sebenarnya mereka punya daya beli kuat,” ucap Teten.
“Kalau digarap produk kustom yang high end, saya kira ini potensial, meskipun di tengah pandemi, daya belinya masih ada,” tambah dia.
Sebagai langkah awal, Retrosyndicate, workshop kustom dari Yogyakarta bekerjasama dengan Pegadaian untuk melahirkan The Gade ST 150. Motor ini dijual ke masyarakat lewat pembiayaan Pegadaian.
Punggawa Retrosyndicate, Yayack berharap ini bukan eforia di awal peluncuran. The Gade ST 150 merupakan garapan dari 5 UKM yang kemudian dirakit di bengkel Retrosyndicate. Dia berharap akan lahir para builder-builder baru yang bisa melahirkan produk dengan daya saing, berkualitas, dan berkelanjutan.
“Saya mengajak UKM (berkolaborasi), alangkah indahnya ketika saya bisa membagi itu, saya develop, desain, rancang. Ketika saya rancang sudah jadi, saya berikan ke mereka, untuk tahap awal begitu. Mungkin the next mereka akan saya ajak diskusi, artinya ini akan ada edukasi ke teman-teman UKM di sini,” kata Yayack saat ditemui dalam kesempatan yang sama.
“Harapan saya akan muncul builder-builder signature series yang kerjasama dengan Pegadaian,” harapnya.
Simak Video “Ini Dia 13 Jenis Produk Impor yang Kini Dilarang Dijual di Shopee!“
[Gambas:Video 20detik]
(riar/din)