Jakarta –
Pandemi COVID-19 mengingatkan pentingnya sustainability Usaha Mikro bagi ekonomi Indonesia. Digitalisasi, penguatan kelembagaan UMK, kemudahan akses distribusi produk unggulan pun menjadi prioritas bagi pemerataan pemenuhan konsumsi & produksi dalam negeri.
Guna mendorong geliat ekonomi, Pemerintah menargetkan 30 juta pelaku usaha dalam ekosistem digital pada tahun 2024. Sebab, pandemi menyebabkan adanya pergeseran perilaku dan memunculkan gaya hidup baru masyarakat yang lebih digital. Untuk itu, pelaku usaha mikro perlu beradaptasi dengan memperluas pemasarannya melalui online.
Selain itu, pemerintah juga memperkuat kelembagaan yang memungkinkan usaha mikro mencapai skala ekonomi yang lebih tinggi melalui integrasi rantai bisnis (ekosistem). Bahkan, pemerintah terus menggalakkan ekspor non migas sebagai upaya penguatan produk berbasis local wisdom. Mengingat di tengah pandemi saat ini, diperlukan penguatan daya saing produk lokal untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri dengan berbasis local wisdom.
Melihat hal ini, BRI turut mendorong pemerintah melalui pemberdayaan terhadap UMKM, serta masyarakat desa. Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki beragam budaya dan sumber daya alam sebagai modal dasar pengembangan produk unggulan. Namun, diperlukan pembinaan dan pendampingan agar masyarakat menjadi lebih sadar dan peduli terhadap pengelolaan kekayaan lokalnya.
“Sejak tahun 2019, BRI sebagai bank yang fokus terhadap usaha mikro dan memiliki jaringan tersebar di seluruh penjuru Indonesia mengimplementasikan program Desa BRILian. Saat ini, telah terdapat hampir 1.200 desa yang telah mendapatkan pendampingan program inkubasi desa, salah satunya juga dalam mengembangkan potensi produk unggulan desa binaan masing – masing. Program ini dilakukan dengan tujuan untuk mendukung swadaya kelola dan kemandirian desa untuk lebih berdaya meningkatkan kesejahteraan warganya,” ujar Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari dalam keterangan tertulis, Jumat (11/2/2022).
Di samping itu, BRI juga mendorong konsolidasi data guna mewujudkan korporatisasi usaha mikro. Supari menjelaskan, pelaku usaha mikro menjadi salah satu yang paling terdampak pandemi. Padahal, sektor ini menempati 99% dari pelaku usaha nasional dan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 97%. Untuk itu, diperlukan upaya nyata dalam membangun skala ekonomi yang lebih besar melalui konsolidasi dan integrasi antar pelaku usaha mikro.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM RI, lebih dari 64 juta pelaku usaha di Indonesia didominasi oleh usaha mikro. Supari menjelaskan, diperlukan konsep klasterisasi sehingga para pelaku usaha lebih mudah dan efisien mendapatkan pemberdayaan dan informasi untuk meningkatkan skala kapasitas produksi usahanya. Selain itu, para klaster usaha juga memerlukan pendampingan agar dapat ‘naik kelas’.
“Dengan kelolaan yang mencapai lebih dari 10 ribu klaster usaha, BRI secara periodik melakukan identifikasi dan verifikasi perkembangan klaster-klaster dimaksud. Upaya tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan dari hasil pemberdayaan yang secara harian dilakukan oleh tenaga pemasar mikro BRI atau dikenal Mantri BRI,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Supari menyampaikan, BRI memiliki pengalaman pemberdayaan yang komprehensif, mulai dari pemberdayaan dasar hingga membuka pasar bagi pelaku usaha binaan. Dalam rangka mendukung skala bisnis klaster usaha binaan, BRI secara rutin mengadakan pameran yang bertujuan untuk memperkenalkan produk – produk unggulan klaster usaha kepada masyarakat luas.
“Selain itu, dalam journey pemberdayaan yang terkini, BRI telah mengkonsolidasikan klaster binaan ke dalam sebuah ‘outlet’ pemberdayaan yang menampung produk – produk dari seluruh Indonesia. Ke depannya, outlet ini akan berkembang menjadi sebuah platform berbasis teknologi yang dapat menyambungkan para klaster usaha binaan dengan pasar yang lebih luas dan besar,” katanya.
Supari menyebutkan, nantinya, digitalisasi platform yang mengkonsolidasikan klaster usaha binaan BRI akan membentuk korporatisasi usaha mikro. Dengan demikian, hal ini akan menciptakan skala ekonomi yang lebih besar, ekosistem usaha mikro terbentuk dan dukungan terkait pengembangan melalui pemberdayaan dan pembiayaan juga terpenuhi.
“Ke depan masih banyak yang harus dikerjakan untuk mewujudkan alternatif model korporatisasi melalui journey konsolidasi berbasis teknologi,” pungkas Supari.
Simak Video “Demi Membangkitkan Ekonomi Desa, BRI Selenggarakan Program Desa Brilian“
[Gambas:Video 20detik]
(akn/hns)