Jakarta – Disrupsi teknologi mendorong seluruh sektor bisnis untuk tanggap berinovasi agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Di sektor perbankan, inovasi digital menjadi aspek krusial agar nasabah bisa lebih mudah mengakses segala produk dan layanan.
Untuk menjawab kemajuan teknologi saat ini, Bank Mandiri terus melakukan inovasi digital agar senantiasa dapat memenuhi semua kebutuhan nasabah, termasuk potensi ekspansi bisnis ke dunia Metaverse. Terkait hal tersebut, dalam talkshow bertajuk ‘The Future of Immersive Livin’ Experience in Metaverse’ yang disiarkan secara live di kanal resmi YouTube Bank Mandiri pada Rabu (16/3) lalu, Bank Mandiri mengungkapkan kesiapan perseroan menyongsong era baru metaverse.
Langkah Bank Mandiri ini juga selaras dengan salah satu topik utama Presidensi G20 Indonesia yaitu transformasi berbasis teknologi, yang akan menjadi mesin pertumbuhan baru ekonomi ke depan. Topik ini menjadi relevan, lantaran Metaverse merupakan sebuah platform berbasiskan teknologi AR, VR, dan AI yang mampu mewujudkan interaksi di dunia virtual selayaknya di kehidupan nyata.
Potensi besar yang dimiliki oleh dunia metaverse ini praktis menarik perhatian Bank Mandiri untuk merealisasikan visi beyond banking dan melakukan ekspansi bisnis digital secara menyeluruh dengan tidak lagi dibatasi oleh ruang fisik.
Direktur Information Technology Bank Mandiri Timothy Utama dalam talkshow tersebut menyampaikan konsep Metaverse ini sudah lama hadir dan banyak diterapkan di berbagai platform terutama dalam industri perfilman dan computer gaming.
“Sebenarnya Metaverse ini udah lama ada, for example itu game berbasiskan web, second life di mana kita bisa merasakan interaksi virtual menggunakan avatar. Di sana kita bisa beli properti, seperti rumah atau beli tanah juga. Untuk yang main games mungkin tau Pokemon Go, Roblox, atau Fortnite,” ujar Tim, sapaan akrab Timothy.
Metaverse kian naik daun sejak raksasa teknologi Facebook mengubah namanya menjadi ‘META’ dan setelahnya juga diikuti oleh Microsoft yang mengumumkan inovasi dalam mengembangkan virtual workspace atau metaverse versinya sendiri.
“Perusahaan-perusahaan gede yang menguasai teknologi ini mulai menerapkan konsep metaverse. Selain itu berbagai use case di industri juga telah mulai masuk ke dunia virtual seperti buat shopping, travelling, sampai medical industry,” sambung Tim.
Melihat keberhasilan dan inovasi perusahaan-perusahaan tersebut, kata Tim, Bank Mandiri kemudian melihat banyak peluang yang dapat dimanfaatkan. Perseroan pun mulai mengeksplorasi lebih lanjut terkait potensi layanan perbankan di Metaverse dan ikut membantu mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia sesuai dengan visi pemerintah.
“Konsep Metaverse yang merupakan parallel universe dari dunia nyata, di mana nantinya kita tidak hanya dapat menghadirkan layanan perbankan seperti di dunia nyata saat ini, but kita juga bisa menghadirkan inovasi-inovasi yang belum ada, atau beyond banking,” papar Tim.
Bersama dengan WIR Group, Bank Mandiri turut mendukung kehadiran Metaverse Indonesia yang rencananya akan dipamerkan di Digital Transformation Expo (DTE) sebagai bagian dari perhelatan G20 yang berlangsung di Indonesia tahun ini.
Tim memaparkan peran perbankan di perekonomian dunia sangat esensial dan kritikal, khususnya dalam pelayanan keuangan seperti simpan-pinjam, transaksi pembayaran, trade, dan banyak lagi. Termasuk juga Bank Mandiri sebagai salah satu Bank BUMN terbesar di Indonesia. Ke depannya, lanjut Tim, tidak tertutup kemungkinan layanan yang dimiliki oleh Bank Mandiri berpotensi untuk hadir di dalam Metaverse, mulai dari basic banking hingga advance banking.
“Metaverse bagi kami masih pada tahap early stage, kami pun masih perlu belajar. Namun, kami melihat komunitas di metaverse ini bisa sangat besar dan apabila kami dapat berkolaborasi dengan mereka, peluang bisnis bisa tercipta dan akan jadi win-win solution untuk komunitas maupun Bank Mandiri. Inovasi-inovasi berikutnya yang kami rencanakan di Livin’ by Mandiri, saya rasa memiliki potensi juga untuk bisa dikolaborasikan di Metaverse,” urai Tim.
Sejalan dengan hal ini, Executive Director dan Co-Founder WIR Group Daniel Surya, mengatakan perbankan merupakan salah satu tech company yang paling adaptif dalam menyajikan layanan bagi masyarakat. Menurut Daniel, secara sederhana fondasi metaverse adalah kombinasi AR, VR, dan AI yang dibangun sedemikian rupa sehingga melahirkan dunia virtual yang bisa dihuni oleh penghuni digital, tidak terlepas juga perbankan.
Daniel menyebut potensi metaverse bukan hanya sekadar platform untuk meluncurkan aplikasi baru, melainkan perkembangan dari web 2.0 menuju web 3.0 sehingga potensi bisnis yang ada menjadi jauh lebih luas. Dengan adanya Metaverse, konsumen yang dahulu hanya mengkonsumsi, sekarang bisa menjadi prosumer yang secara bersamaan juga bisa memproduksi.
Sementara itu, Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Tris Yulianta menyampaikan OJK sebagai regulator lembaga keuangan mengimbau kepada lembaga keuangan untuk mengantispasi segala kemungkinan yang muncul dari pengembangan dunia metaverse, yang dimanfaatkan oleh perbankan maupun institusi keuangan lainnya. Oleh sebab itu, setiap perkembangan teknologi atau penambahan fitur baru oleh LJK (Lembaga Jasa Keuangan) selalu dilakukan pengkajian oleh OJK. Tris mengatakan OJK memiliki satuan kerja khusus research and development yang melakukan kajian tersebut.
OJK, lanjut Tris, juga menyediakan sarana untuk pengujian berupa platform sandbox, agar LJK dapat lebih yakin sebelum meluncurkan inovasi ke publik.
(adv/adv)