Jakarta –
UMKM menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi COVID-19. Tercatat, sekitar 87,5% UMKM di Indonesia terdampak pandemi. Sekitar 50% dari jumlah UMKM juga terancam menutup usahanya karena dampak pandemi.
Sementara itu Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan jika dibandingkan negara tetangga, pembiayaan UMKM Indonesia terbilang masih sangat rendah. Padahal, UMKM menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
“Kalau kita benchmarking dengan negara tetangga, Malaysia, Thailand, pembiayaan UMKM mereka sudah mencapai 50%, kita baru 20%. Kalau kita bandingkan Korea negara maju pembiayaan UMKM 80% dari porsi pembiayaan, kita bandingkan sama Jepang 60%. Jadi sudah seyogyanya kita harus memastikan UMKM ini menjadi ujung tombak dan menjadi bagian ekosistem berkesinambungan dengan korporasi besar,” kata Erick.
Sejauh ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam rangka pemulihan dan pemberdayaan dunia usaha. Upaya tersebut diwujudkan melalui insentif pemulihan ekonomi nasional (PEN), Bantuan Produktif Usaha Mikro, digitalisasi UMKM, dan akses permodalan dengan KUR.
Erick juga mengatakan akan memastikan market tetap terjaga untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Dia memastikan akan memberikan pendanaan atau permodalan murah bagi UMKM. Salah satunya diwujudkan dengan pembentukan Holding Ultra Mikro yang melibatkan tiga entitas BUMN yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) selaku induk holding, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
“Penggabungan Ultra Mikro ini adalah pola salju yang besar, yang akan kita dorong terus. Kita ingin memastikan akses pendanaan murah, kita ingin pastikan kemudahan akses permodalan dengan penggabungan BRI, PNM, dan Pegadaian,” ujarnya.
Di samping itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga terus mendorong UMKM untuk bangkit dari pandemi dengan terus mempermudah akses permodalan bagi UMKM. BRI berkomitmen untuk memastikan bahwa pembiayaan yang diberikan kepada UMKM ramah untuk kantong mereka dan memastikan UMKM di pelosok daerah baik daerah pedalaman, terpencil dan terluar memiliki akses pembiayaan dari BRI.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan BRI menjadi bank dengan penyaluran kredit UMKM terbesar di Indonesia. Ia menjelaskan penyaluran kredit segmen UMKM tumbuh 12,50% year on year atau mencapai Rp 848,60 triliun pada akhir September 2021. Capaian tersebut membuat proporsi kredit UMKM dibanding total kredit BRI pun meningkat dari semula 80,65% pada akhir September 2020 menjadi 82,67% pada akhir September 2021.
“Peningkatan penyaluran kredit UMKM yang sangat signifikan pada kuartal III 2021 tidak terlepas dari pengaruh pembentukan sinergi holding Ultra Mikro bersama Pegadaian dan PNM, di samping pemulihan kondisi ekonomi akibat kian melandainya pandemi,” ujar Sunarso.
Untuk penyaluran kredit secara umum, lanjutnya, pada kuartal III tahun ini tepatnya akhir September 2021 BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 1.026,4 triliun atau tumbuh 9,74% year on year. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan nasional sebesar 2,21%.
Tak sampai situ, Sunarso juga menargetkan pertumbuhan kredit tahun depan sebesar 8%. Ia mengungkapkan jika angka ini lebih optimistis dibandingkan proyeksi tahun ini. Sunarso pun mengaku pihaknya optimistis mampu meningkatkan penyaluran kredit Ultra Mikro sebesar 14% per tahun.
“Tahun ini kan 6-7% tahun depan 8% lebih optimis,” kata dia.
Apabila dirinci per segmen, penyaluran kredit mikro BRI tercatat Rp 464,66 triliun, kredit konsumer sebesar Rp 147,16 triliun, kredit kecil dan menengah Rp 236,77 triliun dan kredit korporasi Rp 177,83 triliun.
BRI juga berhasil menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI yang manageable di kisaran 3,28% pada akhir kuartal III 2021 dengan NPL Coverage mencapai 252,94%.
Simak Video “Year in Review 2021: Hingar Bingar UMKM“
[Gambas:Video 20detik]
(ega/zlf)