Jakarta –
Sinergi Holding Ultra Mikro yang dibentuk tahun ini dinilai menjadi terobosan untuk meningkatkan pembiayaan UMKM. Adapun Holding Ultra Mikro tersebut melibatkan tiga entitas yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) selaku induk holding, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
“Penggabungan ultra mikro ini adalah pola salju yang besar, yang akan kita dorong terus. Kita ingin memastikan akses pendanaan murah, kita ingin pastikan kemudahan akses permodalan dengan penggabungan BRI, PNM, dan Pegadaian,” ujar Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu.
Layanan ketiga perusahaan ini kemudian diintegrasikan melalui penempatan co-location Sentra Layanan Ultra Mikro (Senyum) di sejumlah daerah. Di co-location Senyum, nasabah BRI dapat mengakses layanan dari Pegadaian maupun PNM, begitu juga sebaliknya.
Di Lampung Tengah, misalnya, keberadaan co-location Ultra Mikro yang berada di Desa Terbanggi Subing, Kecamatan Gunung Sugih membuat setiap entitas, terutama Pegadaian dan PNM dapat menjangkau nasabah terdekat dari co-location Senyum.
“Yang jelas dari hadirnya gabungan 3 entitas ini, yang tadinya calon nasabah ingin hadir ke PNM atau Pegadaian itu jauh, dengan adanya mereka hadir dan bergabung di sini otomatis bisa lebih dekat, ada efisiensi waktu sekiranya nasabah ingin membutuhkan pelayanan baik itu dari BRI, PNM, atau Pegadaian,” jelas Kepala Unit BRI Gotong Royong Redi Anto.
Skema layanan terintegrasi ini, lanjutnya, membuat Holding Ultra Mikro memiliki jaringan yang luas. Para petugas lapangan BRI, Pegadaian, dan PNM juga dapat saling merekomendasikan layanan dari setiap entitas. Misalnya, mantri BRI menawarkan produk tabungan, investasi, atau gadai emas di Pegadaian.
Terbilang baru, Sinergi Holding Ultra Mikro masih perlu banyak pengembangan. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan akan menggunakan dana dari hasil Rights Issue untuk mengembangkan ekosistem ultra mikro guna mengakselerasi ekonomi kerakyatan.
Sebagai informasi, BRI menorehkan sejarah sebagai Rights Issue terbesar di kawasan Asia Tenggara, nomor 3 di Asia dan nomor 7 di dunia. Berdasarkan hitungan data Biro Administrasi Efek Datindo Entrycom, jumlah HMETD yang telah di-exercise hingga Rabu (22/9) telah mencapai 27,48 miliar lembar saham. Jumlah saham tersebut jika dinominalkan mencapai Rp 93,4 triliun atau mencapai 97,4% dari total right issue.
“Keberhasilan (Rights Issue) ini merupakan cermin bahwa dunia luar masih percaya akan prospek ekonomi Indonesia saat ini dan di masa mendatang,” ucap Sunarso.
Di masa pandemi seperti ini, ujar Sunarso, mendapatkan kepercayaan dari market dalam dan luar negeri merupakan sebuah pencapaian besar. Menurutnya, ini benar-benar fresh money yang masuk ke pasar modal dan sangat bagus untuk Indonesia.
“Kami berkomitmen untuk memanfaatkan dana tersebut memberdayakan UMKM. Seperti yang sudah pernah saya sampaikan, 60%-70% dananya akan digunakan untuk mengembangkan ekosistem ultra mikro dan sisanya untuk memperkuat bisnis kecil dan mikro BRI,” ujarnya.
Sunarso pun mengaku pihaknya optimis mampu meningkatkan penyaluran kredit ultra mikro sebesar 14% per tahun dengan kesuksesan Rights Issue ini.
“BRI memerlukan sumber pertumbuhan baru ke depan yaitu segmen ultra mikro, sehingga perseroan dapat tumbuh berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, tak terkecuali pelaku usaha ultra mikro dan UMKM,” pungkasnya.
Simak Video “Year In Review 2021: Inovasi Pemulihan Ekonomi Nasional di 2021“
[Gambas:Video 20detik]
(fhs/ega)