Jakarta –
Era saat ini sering digaungkan bahwa kondisi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja. Ancaman resesi ekonomi dunia menghantui seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.
Inflasi yang tinggi, pengetatan likuiditas, hingga konflik Ukraina dan Rusia digadang-gadang sebagai penyebab ekonomi dunia kian terjerumus dalam jurang kepailitan. Meskipun IMF memprediksi bahwa ekonomi Indonesia masih tetap tumbuh hingga 5,3% tahun ini dan 5% pada 2023. Namun, kita tak lantas menyepelekan ancaman resesi ini, karena faktanya prospek ekonomi Indonesia belakangan cukup bergantung pada ledakan harga komoditas utama, seperti batubara, kelapa sawit, timah dan gas alam lainnya. Hal ini tetap harus menjadi sebuah antisipasi dan perhatian dalam menggunakan sumber dana yang kita miliki. Diperlukan masyarakat yang melek literasi keuangan dalam menghadapi resesi tahun 2023.
Literasi keuangan (Financial Literacy) memiliki arti melek keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan bahwa literasi keuangan adalah rangkaian proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan keyakinan (confidence) konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik. Dari pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa konsumen produk dan jasa keuangan maupun masyarakat luas diharapkan tidak hanya mengetahui dan memahami lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangannya, melainkan juga dapat mengubah atau memperbaiki perilaku dalam pengelolaan keuangan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan mereka.
Literasi keuangan merupakan hal pokok dalam pembangunan jangka panjang ekonomi sebuah negara. Secara tidak langsung pemahaman literasi keuangan menjadi faktor yang menentukan seseorang menabung di lembaga formal, semisal bank. Semakin banyak masyarakat yang menabung pada lembaga keuangan semisal bank maka arus modal dan ekonomi dapat berputar dengan baik. Tabungan merupakan faktor penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. Apabila tingkat tabungan masyarakat itu tinggi maka dana yang tersimpan akan meningkat pula. Dana tersebut dapat dialokasikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penanaman modal atau investasi.
Tak dapat kita pungkiri kegiatan transaksi perbankan sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari. Olehnya, literasi keuangan dan literasi perbankan perlu dimiliki oleh setiap individu. Masyarakat yang well literate akan lebih mudah memahami hal-hal terkait dengan perbankan serta produk dan jasa yang ditawarkan serta mudah dalam mengakses informasi terkait hal-hal yang diperlukan dalam regulasi perbankan. Pemahaman akan literasi keuangan sangat diperlukan untuk terciptanya masyarakat yang berkualitas dan memiliki kecerdasaan dalam mengelola keuangan dengan baik. Secara garis besar literasi keuangan sudah menjadi keharusan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi life skill yang perlu dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani kehidupan jangka panjang.
Indonesia sebagai the largest Muslim population in the world menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi luar biasa yang dapat menjadi key player dan trend setter dalam berbagai upaya pengembangan kegiatan ekonomi dan keuangan terutama ekonomi dan keuangan syariah di kancah global. Lembaga Keuangan (Financial Institution) adalah suatu perusahaan yang usahanya bergerak di bidang jasa keuangan. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini akan selalu berkaitan dengan bidang keuangan.
Lembaga keuangan syariah menjalankan kegiatannya dengan berlandaskan prinsip syariah Islam. Tren keuangan syariah masih belum banyak dilirik masyarakat, hal ini mendorong industri jasa keuangan syariah terutama bank syariah untuk melakukan inovasi dan terus mengembangkan dan menciptakan produk dan jasa keuangan yang lebih bervariasi, terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan golongan masyarakat. Sehingga masyarakat percaya untuk memanfaatkan layanan jasa keuangan syariah. Sebagai contoh inovasi lembaga jasa keuangan syariah dapat mengidentifikasi dan mengembangkan produk dan jasa keuangan yang menguntungkan secara komersial sekaligus memberikan manfaat bagi kelompok masyarakat, yang saat ini belum dapat memanfaatkan dan mengakses produk dan jasa keuangan syariah.
Literasi keuangan syariah memberikan manfaat yang besar kepada negara, tidak saja bagi OJK selaku pemegang otoritas, tetapi juga bagi negara selaku eksekutif pemerintah yang menjalankan amanat UUD 1945 untuk membangun kesejahteraan rakyat karena lembaga keuangan syariah sebagai penyedia jasa keuangan berperan memberikan pelayanan permodalan, jasa keuangan, bahkan konsultasi keuangan syariah. Maju dan berkembangnya lembaga keuangan syariah akan berdampak bagi kesejahteraan negara. Apabila masyarakat telah melek (literacy) dalam keuangan syariah/muamalah maliyah, maka semakin banyak masyarakat yang akan memanfaatkan produk dan jasa keuangan syariah, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteran masyarakat adalah keberhasilan negara dalam menyelenggarakan pembangunan.
Industri perbankan di Indonesia mencatat sejarah baru dengan hadirnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang secara resmi lahir pada 1 Februari 2021 atau 19 Jumadil Akhir 1442 H. Presiden Joko Widodo secara langsung meresmikan bank syariah terbesar di Indonesia tersebut di Istana Negara. BSI merupakan bank hasil merger antara PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengeluarkan izin merger tiga usaha bank syariah tersebut pada 27 Januari 2021 melalui surat Nomor SR-3/PB.1/2021. Selanjutnya, pada 1 Februari Presiden Joko Widodo meresmikan kehadiran BSI.
Komposisi pemegang saham BSI adalah: PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 50,83%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 24,85%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 17,25%. Sisanya adalah pemegang saham yang masing-masing di bawah 5%. Penggabungan ini menyatukan kelebihan dari ketiga bank syariah, sehingga menghadirkan layanan yang lebih lengkap, jangkauan lebih luas, serta memiliki kapasitas permodalan yang lebih baik. Didukung sinergi dengan perusahaan serta komitmen pemerintah melalui Kementerian BUMN, Bank Syariah Indonesia didorong untuk dapat bersaing di tingkat global.
BSI merupakan ikhtiar atas lahirnya bank syariah kebanggaan umat, yang diharapkan menjadi energi baru pembangunan ekonomi nasional serta berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Keberadaan Bank Syariah Indonesia juga menjadi cermin wajah perbankan syariah di Indonesia yang modern, universal, dan memberikan kebaikan bagi segenap alam (Rahmatan Lil ‘Aalamiin). Potensi BSI untuk terus berkembang dan menjadi bagian dari kelompok bank syariah terkemuka di tingkat global sangat terbuka. Selain kinerja yang tumbuh positif, dukungan iklim bahwa pemerintah Indonesia memiliki misi lahirnya ekosistem industri halal dan memiliki bank syariah nasional yang besar serta kuat, fakta bahwa Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia ikut membuka peluang.
Dalam konteks inilah kehadiran BSI menjadi sangat penting. Bukan hanya mampu memainkan peran penting sebagai fasilitator pada seluruh aktivitas ekonomi dalam ekosistem industri halal, tetapi juga sebuah ikhtiar mewujudkan harapan negeri. Secara garis besar dengan kedatangan BSI dalam kancah perbankan Indonesia diharapkan membawa angin segar perubahan pemahaman literasi keuangan syariah pada masyarakat serta menumbuhkan geliat gemar menabung melalui kegiatan ekonomi halal.
Darwanti, S.Pd
(ads/ads)