Jakarta –
Uganda menjadi negara yang terjebak utang ke China untuk pengembangan Bandara Internasional. Karena tak bisa bayar utang, China pun mengambil alih Bandara Internasional Entebbe Uganda di Afrika Selatan.
Berikut fakta-faktanya:
1. Uganda Gagal Bayar Utang
Bandara Internasional Entebbe Uganda di Afrika Timur telah diambil alih oleh China. Hal itu dilakukan karena pemerintah Uganda dikabarkan gagal bayar utang ke China untuk pengembangan infrastruktur tersebut.
Dikutip dari Economic Times, Senin (29/11/2021), Pemerintah Uganda telah mendapatkan pinjaman dari Bank Exim China sebanyak US$ 207 juta untuk memperluas Bandara Internasional Entebbe.
Pinjaman tersebut memiliki jangka waktu 20 tahun termasuk masa tenggang tujuh tahun. Pembayaran utang itu tersendat karena kabarnya pihak bandara tengah krisis.
2. Uganda Negosiasi
Presiden Uganda, Yoweri Museveni kabarnya telah mengirim delegasi ke China untuk negosiasi ulang utang. Namun, ini bukan pertama kalinya Uganda menegosiasikan utang. Pada Maret 2021, Uganda juga pernah melakukan hal serupa.
Bandara Internasional Entebbe adalah satu-satunya bandara internasional Uganda yang bisa menampung lebih dari 1,9 juta penumpang per tahun.
Dengan adanya pengambilalihan aset bandara ini oleh China, banyak spekulasi dan pertanyaan dari publik apakah pemerintah Uganda tidak mempertimbangkan atau melakukan pengawasan saat menerima perjanjian dari negara lain. Publik pun menilai Pemerintah Uganda terlalu terburu-buru menerima pinjaman dari China.
3. RI Juga Terancam Seperti Uganda
Memang banyak negara berurusan utang dengan China untuk membangun infrastruktur, termasuk Indonesia. Nasib Indonesia pun diperkirakan bisa saja terjadi di Indonesia.
“Sangat-sangat bisa, kurang kuat apa Turki dulu kan, Turki kan juga hal yang sama Uganda. Malaysia kalau nggak terlambat Mahathir kena juga. Negara-negara yang waspada segera mengakhiri kan, Indonesia masih berlanjut terus,” kata Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu kepada detikcom, Senin (29/11/2021).
Dia mengatakan, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung sebagai ‘jembatan’ utama. Jika itu gagal, China kemungkinan akan meminta kompensasi berupa proyek Kereta Jakarta-Surabaya dengan harga yang mahal. Kalau itu gagal, China akan minta akuisisi dan minta proyek-proyek lain.
“Kalau itu gagal maka dia akuisisi. Pada saat dia akuisisi maka dia menguasai betul. Kalau masih gagal bisa-bisa minta pelabuhan minta bandara, begitu caranya. Modus China selalu, itu perangkap adalah perangkap kerja sama ekonomi penjajahannya,” terangnya.
(dna/dna)