Kondisi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sedang tidak baik-baik saja. Kesalahan manajemen masa lalu ditambah kondisi pandemi COVID-19 membuat jumlah utangnya semakin menggunung hingga disebut secara teknis sudah bangkrut (technically bankrupt) oleh Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo.
Kondisi itu lantas tidak membuat Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra langsung menyerah begitu saja meski utangnya US$ 9,75 miliar atau Rp 138,45 triliun (kurs Rp 14.200) sehubungan dengan implementasi Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 73. Dirinya yakin bisa mengubah kondisi maskapai pelat merah tersebut dari rugi jadi untung seperti keadaan sebelumnya.
“Sampai hari ini mungkin nggak terlalu banyak yang mempertanyakan kemampuan saya dan alhamdulillah juga kalau tanya sama para karyawan, mereka percaya bahwa Garuda bisa lewati ini di bawah kepemimpinan saya. Jadi ya agak ge’er juga walaupun kadang geleng-geleng kepala melihat utang yang begitu besar dan segala macam hal yang lain. Jadi kalau ditanya soal semangat oh semangat, soal yakin sangat yakin karena saya juga didukung sama para direksi, pemegang saham, komisaris, nggak sendirian,” kata Irfan dalam program Blak-blakan detikcom yang tayang Senin (22/11/2021).
Saat ini Garuda sedang melakukan komunikasi insentif untuk melakukan negosiasi utang dengan lessor (pihak yang menyewakan atau menyediakan jasa pesawat) dan kreditur yang jumlahnya mencapai 800. Meskipun butuh waktu lama, dia yakin respons-nya akan positif.
“Ada yang ngambek, ada yang marah, ada yang baik hati ‘udah nggak usah dipikirin utang Anda nanti kalau sudah ada kita ngomong’, macam-macam lah ragamnya karena kita punya 800 kreditur. Menurut saya sih kalau dalam bisnis, proposal yang kita masukkan memang sadis artinya utangnya dipotong, tapi dalam bisnis rasional,” jelasnya.
Kenapa Irfan sangat yakin Garuda bisa selamat? Simak wawancara selengkapnya berikut ini:
Nanti Januari 2022 sudah dua tahun pimpin Garuda. Dua tahun itu ada banyak sekali kondisi yang lumayan bikin heboh lini massa mulai dari tiket mahal Garuda, utang juga termasuk, kemudian ada skandal Brompton, Harley juga. Saat ini juga semua dihebohkan dengan kondisi Garuda yang katanya secara teknis sudah bangkrut, disampaikan langsung oleh Wakil Menteri BUMN (Kartika Wirjoatmodjo). Gimana rasanya dua tahun ini memimpin Garuda dengan segala macam roller coaster itu?
Karir profesional saya 30 tahun lebih. Jadi dua tahun ini rasanya lebih lama daripada 28 tahun yang lainnya. Mudah-mudahan Anda bisa dengan mudah menyimpulkan pernyataan saya ini. Memang tidak ada yang menyangka seperti ini, tapi ya harus dihadapi karena ini sudah ditunjuk, sudah diterima, siap gitu. Walaupun memang kalau teman-teman saya selalu bilang ‘lu kayak nggak punya masalah aja dalam hidup lu cari kerjaan yang masalahnya begitu banyak’.
Tapi itu amanat ya Pak yang memang harus diterima?
Iya sebagai profesional kan sederhana, kita profesional itu ketika Anda bilang iya dan jalankan. Saya memegang teguh asas-asas professionalism, juga integritas. Nggak bisa juga dalam perjalanan saya bilang ‘capek ah’ atau ‘udah lah’. Walaupun memang ada berapa kali pembicaraan pada waktu misalnya jelang RUPS, kan kita semua tahu jelang RUPS salah satu agenda biasanya pergantian pengurus. Di RUPS terakhir beberapa minggu sebelumnya saya sempat ketemu dengan bapak-bapak di Kementerian (BUMN). Saya cuma sampaikan bahwa ‘bila bapak mau mengganti saya monggo lho saya ikhlas’, ya jawabannya ‘enak aja’. Jadi ya artinya mungkin menurut mereka, bukan saya yang paling hebat tapi mungkin ya selesaikanlah dulu gitu kan.
Alhamdulillah dipercaya dan sampai hari ini mungkin nggak terlalu banyak yang mempertanyakan kemampuan saya dan alhamdulillah juga kalau tanya sama para karyawan, mereka percaya bahwa Garuda bisa lewati ini di bawah kepemimpinan saya. Jadi ya agak ge’er juga walaupun kadang geleng-geleng kepala melihat utang yang begitu besar dan segala macam hal yang lain, dinamikanya.
Kan Pak Irfan dari luar Garuda, kemudian dihadapkan dengan segudang permasalahan ini. Kita sebelum bicara soal masalah ini deh, Pak Irfan dalam dua tahun ini masih ada semangat kah untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang ada saat ini atau kalau boleh curhat nih ‘ah saya lambaikan tangan aja deh’, gimana?
Semangat, semangat. Kembali lagi ini asas professionalism, jadi Anda sudah bilang iya, ya jalankan sepenuh hati dan sepenuh kemampuan dengan keterbatasan dan resource yang Anda miliki. Jadi kalau ditanya soal semangat oh semangat, soal yakin sangat yakin karena saya juga didukung sama para direksi, pemegang saham, komisaris, jadi nggak sendirian. Tapi saya juga harus akui bahwa saya manusia biasa, untungnya saya punya ruang sendiri, bisa kontemplasi. Saya nggak mau menyatakan saya ahli spiritual tapi kan ada waktu shalat, kemudian merenung. Kadang suka geleng-geleng kepala juga, aduh berat kalipun kalau orang Medan bilang. Yang penting bahwa problem itu ada, pasti ada solusinya. Kalau Anda percaya dengan statement bahwa problem itu dikasih ke Anda, tantangan cobaan itu diberikan kepada orang yang mampu menyelesaikan dan sebagai profesional dengan umur saya yang mestinya sudah pensiun, tentu buat saya ini tantangan yang sangat menantang untuk membuktikan bahwa saya mampu. Saya bersyukur punya banyak teman-teman yang mendukung, pemegang saham tentu saja terbuka untuk segala macam komunikasi dan dukungan tentu naudzubillah lah dari publik, penumpang. Makanya kalau Anda perhatikan saya sering berinteraksi dengan penumpang, bukan apa-apa (tapi) karena saya juga pengin tahu mereka itu sebenarnya harapannya apa. Terakhir waktu acara tematik pesawat kepresidenan kan saya pidato dikit, abis itu begitu selesai, jalan ‘semangat pak, semangat’. Oke juga jadi naik lagi (semangatnya).
Jadi turun ke lapangan itu juga jadi salah satu penumbuh optimisme kembali ya?
Iya tapi memang begini, ada dua hal yang saya juga share sama teman-teman beberapa prinsip untuk memastikan semangat Anda dalam level yang tertinggi. Pertama adalah nggak usah ngeluh apapun kondisi yang terjadi, jangan pernah ngeluh ‘kenapa pandemi ya? kenapa kok PPKM? kenapa mesti PCR?’ Anda kalau sudah mengeluh, energi negatif muncul kan. Yang kedua, selalu berpikir positif. Nah problemnya nomor dua itu disyaratkan nomor satu, kalau Anda ngeluh sudah pasti negatif semua. Nah karena nggak ngeluh Anda punya kemampuan untuk menumbuhkan energi positif. Kalau sudah positif kayaknya apa saja bisa terjadi, super sekali.
Lanjut halaman berikutnya.