Jakarta –
Sebagai salah satu BUMN terbesar di Indonesia, Pegadaian terus mengeluarkan inovasi-inovasi untuk memajukan bangsa. Terciptanya inovasi-inovasi tersebut tidak lepas dari peran Direktur Utama Pegadaian, Kuswiyoto, yang sejak kepemimpinannya dari tahun 2019 telah membawa Pegadaian menjadi salah satu BUMN terbaik di Indonesia.
Untuk membahas tentang inovasi-inovasi luar biasa tersebut, serta perjalanan karir Kuswiyoto hingga menjadi Dirut Pegadaian, CXO Media mengundangnya sebagai bintang tamu dalam acara Ngobrol Bareng Semaunya (NSS) yang dipandu oleh Putri Tanjung.
Dalam acara tersebut, Kuswiyoto menjawab sejumlah pertanyaan di antaranya bagaimana Pegadaian memberikan pelayanan selama masa pandemi dua tahun terakhir, perjalanan karier Kuswiyoto hingga menjadi Dirut Pegadaian, tips beradaptasi dan keluar dari comfort zone, serta strategi untuk mengoptimalkan potensi generasi milenial.
Kuswiyoto juga menjawab pertanyaan tentang program dan goals Pegadaian saat ini, seberapa penting literasi keuangan bagi generasi milenial, dan legasi serta harapan Kuswiyoto untuk Pegadaian dalam waktu 5 tahun ke depan.
Ketika menceritakan tentang perjalanan kariernya, Kuswiyoto mengungkapkan kalau dirinya memiliki latar belakang pendidikan di finance dan pernah bekerja di Bank BRI selama lebih dari 30 tahun sebelum akhirnya dilantik menjadi Dirut Pegadaian pada tahun 2019.
“Kenapa ini perlu saya sampaikan, karena BRI itu melayani banyak orang kecil. Jadi pengalaman saya di Jogja, di Kendari, itu baguslah untuk mensupport ya, modal saya untuk berkembang selanjutnya. Terus di BRI selama 30 tahun ya banyaklah divisi, banyak yang berpindah-pindah, biasa ya,” ujarnya dalam NSS Ep 51 yang tayang di YouTube CXO media.
“Sampai dengan menjadi dua kali pemimpin wilayah di Makassar dan Jakarta, dan akhirnya menjadi direktur di tahun 2015. Direktur pun saya juga berpindah-pindah posisi, pernah Direktur Manajemen Risiko, Direktur Kelembagaan yang menangani institusi, juga Direktur Corporate Banking. Jadi pengalaman inilah yang mungkin menjadi pertimbangan ya, waktu itu Kementerian menunjuk saya sebagai Direktur Utama PT Pegadaian,” imbuhnya.
NSS Eps 51 (Foto: CXO Media)
|
Lompatan karier yang besar ini tentunya membuat Kuswiyoto harus melangkah keluar dari comfort zone-nya. Ketika ditanyai strategi adaptasi dan shifting yang bisa diberikan untuk kaum milenial, Kuswiyoto menjelaskan bahwa salah satu kendala milenial untuk keluar dari comfort zone adalah perspektif yang mereka ciptakan dari melihat orang terdekat mereka.
“Mereka masih mengharapkan menjadi pegawai. Mungkin karena melihat bapaknya, melihat ibunya, melihat omnya gitu kan, kok nyaman ya kerja di sini. Jadi mereka berangan-angan juga untuk menjadi seorang pegawai suatu perusahaan,” ungkapnya.
Kuswiyoto kemudian menegaskan kalau milenial harus mampu berinisiatif sendiri. Menurutnya hal ini sangat penting, terutama menimbang banyak pekerjaan yang akan segera hilang dalam waktu 5-10 tahun ke depan.
“Kalau mereka masih berpikiran menjadi pegawai mereka pasti akan terjebak di comfort zone terus. Mereka tidak mau inisiatif, tidak mau berkembang, jadi mindsetnya ini hanya bekerja untuk orang, bagaimana kita passionnya ikut-ikutan. Jadi didiklah mereka ya, mereka dibuat tantangan gitu, menurut saya, tantangan kalau mereka berpikiran sebagai pengusaha lah,” ujarnya.
Sebagai salah satu BUMN terbesar di Indonesia, Kuswiyoto mengungkapkan kalau 65% pekerja Pegadaian saat ini diisi oleh generasi milenial. Untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki, Pegadaian membuat grup Gade Millienial Club untuk memfasilitasi penyaluran minat serta membentuk komunitas guna meningkatkan networking agar keharmonisan dan kesatuan pendapat dapat tercapai dengan mudah.
“Jadi ada ketuanya, ada kerja-kerja yang sudah diatur mulai dari olahraga, kesenian, kumpul-kumpul dan lainnya, saya fasilitasi itu. Supaya mereka bisa tersalurkan dan mereka bisa membentuk suatu komunitas yang bagus,” ujarnya.
“Karena menurut saya networking even di dalam internal pegadaian pun sangat diperlukan supaya keharmonisan kerja itu, dan kesatuan pendapat, kesatuan pemikiran itu bisa gampang. Jadi PR kita bagaimana memilenialkan anak muda yang masih berpikiran selenial,” jelasnya.
(ncm/ega)