bankterkini.com
  • Berita Terkini
  • Cari
Senin, November 3, 2025
No Result
View All Result
  • Berita Terkini
  • Cari
No Result
View All Result
bankterkini.com
No Result
View All Result

Pemilu 2024, Kendaraan Listrik, dan Keamanan Lingkungan

admin by admin
23 Mei 2023
in info Bank
0
Pemilu 2024, Kendaraan Listrik, dan Keamanan Lingkungan

Jakarta –

Tulisan ini berangkat dari pandangan bahwa Pemilu 2024 hendaknya diisi diskursus mengenai kebijakan-kebijakan yang bisa membawa bangsa menuju Indonesia Emas 2024. Tanpa bermaksud mengesampingkan isu-isu penting lainnya, salah satu yang patut menjadi prioritas adalah kebijakan kendaraan listrik (electric vehicle). Penting untuk melihat dan mendengar pandangan setiap calon kandidat presiden dan wakil presiden mengenai isu ini.

Posisi pemerintahan Presiden Joko Widodo jelas. Membangun industri kendaraan listrik adalah keniscayaan, bahkan syarat utama, agar cita-cita Indonesia Emas 2024 terwujud. Sumber daya alam dan manusia tersedia melimpah. Teknologinya relatif sudah ekonomis. Investor pun tertarik untuk datang. Debat muncul ketika kebijakan tersebut ditempuh dengan subsidi. Lebih serius lagi karena yang disubsidi tidak hanya di hulu (produksi), namun hilir (konsumsi).

Pertanyaan kritisnya kurang lebih seperti ini: perlukah konsumen kendaraan listrik disubsidi? Jawabannya perlu, ketika target kebijakan tersebut untuk mempercepat konsumsi kendaraan listrik nasional. Ada motif mengalihkan perilaku masyarakat Indonesia dari konsumsi kendaraan konvensional ke kendaraan listrik. Masuk akal juga dengan rencana strategis nasional di mana industri kendaraan listrik, hulu dan hilir, ikut menopang pertumbuhan ekonomi nasional pascapandemi sampai dengan 2045.

Legitimasi atas target ini pun kuat. Dari historinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kredibel ditopang konsumsi masyarakat. Hari ini, pemerataan ekonomi terlihat signifikan di daerah-daerah sentra bahan baku baterai –Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Dari sisi proyeksi, dengan asumsi kelas menengah terus bertambah jumlah dan pendapatannya, konsumsi kendaraan listrik murah tentu masuk akal untuk memastikan pertumbuhan ekonomi berjalan, klaim pemerataan ekonomi pun kena.

Jawaban Sebaliknya

Jawaban sebaliknya muncul apabila kebijakan tersebut ditujukan untuk mengurangi polusi. Sampai hari ini belum ada konsensus bilamana kendaraan listrik bisa mengurangi polusi. Faktanya, mengambil studi kasus di China dan Amerika Serikat, produksi kendaraan listrik pun berkontribusi cukup besar dalam polusi udara. Apalagi produksi kendaraan listrik di dua negara adidaya tersebut masih bertumpu pada energi dari batu bara, minyak bumi, atau gas alam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lebih jauh, dalam Insights Into Future Mobility, para peneliti dari MIT Energy Initiative (2019) menemukan bahwa produksi kendaraan listrik menciptakan polusi lebih banyak dibandingkan kendaraan berbahan bakar konvensional. Polusi ini terutama berasal dari proses produksi baterai, yang notabene komponen utama mobil listrik.

Dalam skenario penggunaan dalam jangka waktu lama, studi ini juga menemukan bahwa kendaraan listrik bisa terlegitimasi “ramah lingkungan” karena efisiensi energinya lebih tinggi dibandingkan kendaraan berbahan bakar konvensional. Dengan demikian, dalam kasus Indonesia, yang produksi listriknya masih bertumpu pada energi fosil, persentase energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energinya baru 14 persen, hilirisasinya terfokus pada baterai, klaim menurunkan polusi tentu masih jauh panggang dari api.

Kendaraan listrik baru benar-benar mengurangi polusi ketika; pertama, produsen telah menemukan metode produksi baterai yang lebih efisien energi. Di sini peran kolaborasi industri-peneliti. Kedua, listrik yang digunakan untuk mengisi baterainya berasal dari sumber-sumber energi baru terbarukan. Di sini peran pemerintah. Pemerintahan Presiden Joko Widodo pun terlihat serius berupaya mewujudkannya. Ini yang patut dikonsistenkan. Ini legacy Presiden Joko Widodo –selain hilirisasi industri dan lain-lain– yang perlu dilanjutkan oleh siapapun penggantinya.

Pernyataan ini teresonansi dalam salah satu kesimpulan studi Bank Dunia (2023) berjudul The Economics of Electric Vehicles for Passenger Transportation. Di atas kertas, kendaraan listrik hampir selalu “rendah karbon” dibandingkan kendaraan berbahan bakar konvensional, namun keunggulan ini hanya relevan apabila transisi pembangkitan listrik –dari energi fosil ke EBT– berjalan konsisten di negara tersebut.

Sebagai catatan, studi ini dilakukan di 20 negara berkembang, dan Indonesia tidak termasuk di dalamnya. Namun, saya sangat merekomendasikan studi ini kepada pembaca yang tertarik dengan isu kendaraan listrik.

Lebih mantap lagi jika pemerintah mampu merekayasa perilaku masyarakat. Spesifiknya dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi publik. Membiasakan budaya berjalan kaki atau bersepeda. Tentu ditunjang ruang publik yang hijau. Semua ini rumus lama. Pakar seperti Florian Kobloch dari Universitas Cambridge sering menegaskannya dalam diskursus mobil listrik dan perubahan iklim.

Prioritas Subsidi

Dalam konteks kendaraan listrik dan polusi, saya lebih setuju apabila subsidi diprioritaskan pada sisi hulu. Entah ditujukan untuk produsen kendaraan listrik yang berinvestasi pada riset dan teknologi produksi baterai yang lebih ramah lingkungan bekerja sama dengan perguruan tinggi nasional, atau produsen kendaraan listrik yang berinvestasi pada pembangkit listrik EBT untuk kebutuhan operasional pabriknya.

Lalu, untuk produsen EBT –baik BUMN, swasta nasional, dan asing. Semata-mata agar percepatan bauran energi bisa terealisasi. Hal ini penting, karena target kontribusi EBT sebesar 23 persen pada 2025 hampir pasti tidak tercapai. Belum lagi baru-baru ini Presiden menegaskan Indonesia akan menutup pembangkit listrik batu bara pada 2050. Kebijakan tidak populer –mensubsidi sektor privat– hendaknya diprioritaskan.

Termasuk “subsidi” kepada dosen dan peneliti di perguruan tinggi nasional yang mengkaji industri EBT, baik dari sisi sains dan sains sosial. Khusus untuk sisi sosial, resistensi masyarakat terhadap sejumlah pembangkit EBT masih menjadi misteri. Solusi yang bersifat “win-win” pun belum bisa direplikasi pada banyak tempat.

Benar kata Sergey Paltsev, peneliti dari MIT, bahwa kita tidak seharusnya mengklaim kemenangan, bahwa dengan beralih ke kendaraan listrik, problem emisi bisa diselesaikan. Klaim penggunaan mobil listrik secara massal baru berlaku dalam konteks keamanan ekonomi (economic security), belum keamanan lingkungan (environmental security).

Denny Indra Sukmawan mahasiswa PhD Politik dan Hubungan Internasional, sedang meneliti Trade & Investment Controls on Security Grounds di University of Liverpool

(mmu/mmu)

Previous Post

Kinerja Solid, Bisnis Wealth Management BRI Tumbuh 19,96%

Next Post

Banyak yang Tunda Bayar Utang, Begini Kondisi ‘Dompet’ BUMN Karya

Next Post
Banyak yang Tunda Bayar Utang, Begini Kondisi ‘Dompet’ BUMN Karya

Banyak yang Tunda Bayar Utang, Begini Kondisi 'Dompet' BUMN Karya

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Adian Napitupulu Dipanggil Jokowi tapi Tepis soal Kursi Menteri

Adian Napitupulu Dipanggil Jokowi tapi Tepis soal Kursi Menteri

16 Juli 2022
Dirut BRI Buka-bukaan Alasan Gencar Buyback Saham di Awal Tahun

Dirut BRI Buka-bukaan Alasan Gencar Buyback Saham di Awal Tahun

8 Februari 2023
Penyaluran Kredit BTPN Tembus Rp 149,2 Triliun

Penyaluran Kredit BTPN Tembus Rp 149,2 Triliun

29 September 2022
Repvblik-3 Pemuda Berbahaya Siap Ramaikan Pesta Rakyat Simpedes Garut

Repvblik-3 Pemuda Berbahaya Siap Ramaikan Pesta Rakyat Simpedes Garut

10 Agustus 2023
Gonjang Ganjing Kementerian Keuangan

Gonjang Ganjing Kementerian Keuangan

6 Maret 2023
Jawaban Erick Thohir saat Ditanya soal Bacapres Hasil Rakernas NasDem

Jawaban Erick Thohir saat Ditanya soal Bacapres Hasil Rakernas NasDem

18 Juni 2022
1 Ton Mangga Asal Petani Gresik Diekspor ke Singapura

1 Ton Mangga Asal Petani Gresik Diekspor ke Singapura

26 Oktober 2021

Taspen Genjot Kesejahteraan Non-ASN & Non-PPPK Pemkab Pasaman Barat

3 November 2021

Ramadan Berkah! BRI Beri Cashback Beli Tiket KAI-Token Listrik PLN

6 April 2023

BSI Dorong UMKM Jadi Tulang Punggung Ekosistem Industri Halal

16 Januari 2023

Bantuan KJP Plus Bulan Agustus Cair Hari Ini! Begini Besaran Dana SD-SMK

9 Agustus 2022

Tips Investasi Emas Biar Tetap Cuan Meski Ada Perang dan Suku Bunga AS Naik

26 Juni 2022

4 Momen Paling Ideal untuk Beli Mobil, Sudah Tahu?

18 Agustus 2022

Pegadaian Resmikan The Gade Tower Berkonsep Green Building

27 November 2023

Sri Mulyani Pilih Orang Baru, Bimo Wijayanto Duduki Kursi Dirjen Pajak

23 Mei 2025

Di Kuartal III, BRI Sukses Jaga Kualitas Kredit & Turunkan Loan at Risk

7 November 2023
© Copyright Bankterkini Team All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Entertainment
    • Gaming
    • Movie
    • Music
    • Sports
  • Lifestyle
    • Fashion
    • Food
    • Travel
    • Health
  • News
    • Bussiness
    • Politics
    • Science
    • World
  • Tech
    • Apps
    • Gadget
    • Mobile